Putri
Putri meninggalkan surat yang ia tulis diatas meja perpustakaan bersama dengan surat biru yang datang tadi. Ia segera meninggalkan perpustakaan. Usai Putri keluar Tian mengambil suratnya, ia menemukan kertas putih yang di tulis oleh Putri. Raut wajah kecewa tergambar jelas di wajahnya usai membaca surat dari Putri. Tian berlari keluar perpustakaan, ia berlari menuju tempat parkir. Langkahnya semakin cepat ketika kedua matanya mendapati sosok Putri.
“Putri tunggu” teriak Tian. Putri menoleh ke belakang, pandangan matanya berubah ketika mengetahui Tianlah yang memanggilnya. Tian tiba dengan napas terengah di hadapan Putri. Rasa iba tiba-tiba menyelimuti Putri.
“Aku tahu perasaanmu ke aku Put, tapi apa kamu enggak bisa bawa surat ini bersamamu?” kata Tian. Putri terdiam, dia menatap dalam surat itu, ia masih ragu untuk menerima surat itu.
“Please, Put” kata Tian sedikit memohon. Perlahan Putri meraih surat biru itu.
“Jangan sungkan bilang kalau perasaanmu telah berubah, aku masih nunggu kamu Put” kata Tian. Ia beranjak. Putri tersenyum kecil, dalam hatinya ia berterima kasih pada Tian, ia juga sadar bahwa Tian tidak seburuk apa yang ia pikirkan.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H