Kategori intervensi luas yang menangani faktor penentu yang mendasarinya disebut sebagai intervensi 'sensitif nutrisi' dan mencakup WASH tetapi juga hal seperti layanan keluarga berencana, pendidikan ibu dan jaring pengaman sosial. WASH yang buruk akan berpotensi menyebabkan stunting melalui berbagai mekanisme biologis dan sosial ekonomi yang sulit untuk dinilai secara independen.
Pada tingkat kebijakan publik, internasional dan nasional, banyak minat pada WASH dan kurang gizi bermuara pada pertanyaan mendasar yaitu "berapa banyak stunting yang dapat dicegah secara global dengan peningkatan WASH?"
Penelitian yang dilakukan oleh WHO mengkategorikan efek WASH pada kurang gizi sebagai 'langsung' yang berarti kematian disebabkan oleh kekurangan energi protein, dan 'tidak langsung' yang berarti kematian disebabkan oleh peningkatan kerentanan terhadap penyakit menular sebagai akibat dari kurang gizi.
Secara keseluruhan, penelitian ini memperkirakan bahwa sejumlah besar kematian anak (860.000) disebabkan oleh kekurangan gizi mungkin dapat dicegah dengan peningkatan WASH pada tahun 2004.
Tiga mekanisme biologis yang secara langsung berhubungan dengan gizi secara antara lain melalui serangan diare berulang, infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah (Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Ancylostoma duodenale, dan Necator americanus), dan kondisi subklinis usus yang disebut enteropati tropis, lingkungan atau disfungsi enterik lingkungan/enviorment enteric disfunction (EED). Efek WASH terhadap kekurangan gizi dimediasi oleh paparan patogen enterik dan infeksi simtomatik atau asimptomatik.
Frekuensi penyakit diare terlepas dari penyebabnya sangat berkorelasi dengan gangguan pertumbuhan yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara diare dan malnutrisi karena kekurangan gizi dapat meningkatkan kemungkinan dan keparahan penyakit diare.
Serangan diare berulang secara kumulatif meningkatkan risiko stunting. Sejumlah patogen diare spesifik yang berhubungan dengan kekurangan gizi antara lain Escherichia coli, Shigella, Giardia dan Cryptosporidium. Infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah dapat dicegah dengan sanitasi dan sangat terkait dengan gizi buruk pada masa kanak-kanak.
Kasus askariasis dan trikuriasis dikaitkan dengan gangguan pertumbuhan pada anak.8 Infeksi cacing tambang selama kehamilan dapat menyebabkan malabsorpsi nutrisi dan anemia ibu yang terkait dengan stunting saat lahir.
Banyak bukti yang menghubungkan infeksi enterik simptomatik dan asimptomatik dengan EED. Sindrom ini pertama kali dideskripsikan pada 1960-an dan disebut 'Enteropati Tropis' (atau 'jejunitis'). Pengubahan nama menjadi EED pada 1980-an dan 1990-an mencerminkan hubungan yang semakin besar terhadap peran lingkungan.Â
EED adalah sindrom asimptomatik yang menyebabkan peradangan kronis, berkurangnya penyerapan nutrisi usus dan melemahnya fungsi sawar usus kecil. Kelainan fungsi dan struktur usus ini memiliki konsekuensi besar bagi anak, termasuk defisit pertumbuhan, perkembangan dan fungsi kekebalan tubuh.
Hubungan penting lainnya adalah biaya energi untuk membawa air yang berasal dari jarak yang jauh dari sumber ke rumah. White memperkirakan dari berbagai sumber bahwa rata-rata wanita yang membawa muatan tipikal 20 L di permukaan tanah akan mengkonsumsi sekitar 39 kal/kilogramBB/jam.