Saya merasa beruntung, karena di rumah Venti ditemani Sumardin, seorang pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten Paser yang banyak berdialog tentang proses penyakit di alami ibunya dengan para kerabat dan keluarganya, Saya terharu, ketika justru fokus perhatian Sumardin semakin beralih kepada Venti, tidak lagi kepada ibunya yang sakit. Nampaknya dia pun juga punya rasa kemanusiaan dan keprihatinan yang sama. Kami sama -- sama memberikan harapan, Â dukungan, dorongan, dan motivasi yang sama kepada keluarga tersebut agar Venti bisa melanjutkan sekolahnya. Kami merasa Venti adalah seorang anak yang pintar, santun dan sangat berbudi pekerti luhur.
"Pa Agus, sebagai abdi negara saya sudah berkujung ke hampir semua pelosok dan daerah terpencil di Kabupaten ini, dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan kepada masyarakat, namun hanya kali ini saya menemukan kisah sedramatis ini", ungkap Sumardin kepada saya. Dia pun membujuk dan meminta kepada keluarga agar Venti ikut dengan nya dan melanjutkan sekolahnya.
Usai dari rumah Venti sayapun pergi mengikuti pertemuan dibalai pertemuan kampung, namun pikiran saya masih terbawa larut dalam kepedihan. Setelah acara selesai, saya mengajak rekan saya dr. David, Ibu Lisa dan Syirajudin untuk kerumah Venti dan menceritakan tentang keluarga tersebut, karena yang mereka ketahui sebelumnya hanya kisah seorang ibu yang depresi dan Orang Dalam Gangguan Jiwa (OGD). Merekapun nampak menujukan eksepresi kerpihatinan dan kesedihan dan turut memberikan dukungan agar Venti melanjutkan sekolahnya dan memberikan berapa jalan dan pilihan.
Hari ini, besok dan entah sampai kapan, adalah hari-hari yang saya tunggu dengan penuh kesedihan, yakni menunggu kabar apakan Venti terutama keluarganya bersedia melepas Venti untuk bisa melanjutkan sekolahnya. Â Pesan saya terakhir kepada kelurganya dan rekan-rekan saya yang ada di tempat tersebut, mungkin cukup ibunya yang sakit, dan sulit untuk disembuhkan, namun jangan sampai karena ini Venti juga ikut menderita dalam menghadapi masa depannya. Cukup hanya satu yang menjadi korban dan jangan sampai keduanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H