Mohon tunggu...
Agus Tianur
Agus Tianur Mohon Tunggu... Lainnya - Samarinda Kaltim

Alam dan Isinya merupakan keindahan tersendiri yang memiliki kenikmatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kalpataru Serta Cerita Venti dan Derita Beruntun Seorang Anak Bangsa

17 Juni 2022   14:02 Diperbarui: 17 Juni 2022   14:10 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu kandung Venti yang baru satu minggu sebelum rombongan tiba mengalami depresi (ODG) dan kaki tangannya terikat di dalam rumah sendiri, dokpri

Pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, Sumardin meminta kepada keluarga agar Venti dapat ikut dengannya untuk melanjutkan sekolah di Tana Paser, dokpri
Pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, Sumardin meminta kepada keluarga agar Venti dapat ikut dengannya untuk melanjutkan sekolah di Tana Paser, dokpri

Saya merasa beruntung, karena di rumah Venti ditemani Sumardin, seorang pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten Paser yang banyak berdialog tentang proses penyakit di alami ibunya dengan para kerabat dan keluarganya, Saya terharu, ketika justru fokus perhatian Sumardin semakin beralih kepada Venti, tidak lagi kepada ibunya yang sakit. Nampaknya dia pun juga punya rasa kemanusiaan dan keprihatinan yang sama. Kami sama -- sama memberikan harapan,  dukungan, dorongan, dan motivasi yang sama kepada keluarga tersebut agar Venti bisa melanjutkan sekolahnya. Kami merasa Venti adalah seorang anak yang pintar, santun dan sangat berbudi pekerti luhur.

"Pa Agus, sebagai abdi negara saya sudah berkujung ke hampir semua pelosok dan daerah terpencil di Kabupaten ini, dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan kepada masyarakat, namun hanya kali ini saya menemukan kisah sedramatis ini", ungkap Sumardin kepada saya. Dia pun membujuk dan meminta kepada keluarga agar Venti ikut dengan nya dan melanjutkan sekolahnya.

Usai dari rumah Venti sayapun pergi mengikuti pertemuan dibalai pertemuan kampung, namun pikiran saya masih terbawa larut dalam kepedihan. Setelah acara selesai, saya mengajak rekan saya dr. David, Ibu Lisa dan Syirajudin untuk kerumah Venti dan menceritakan tentang keluarga tersebut, karena yang mereka ketahui sebelumnya hanya kisah seorang ibu yang depresi dan Orang Dalam Gangguan Jiwa (OGD). Merekapun nampak menujukan eksepresi kerpihatinan dan kesedihan dan turut memberikan dukungan agar Venti melanjutkan sekolahnya dan memberikan berapa jalan dan pilihan.

Dokpri
Dokpri

Hari ini, besok dan entah sampai kapan, adalah hari-hari yang saya tunggu dengan penuh kesedihan, yakni menunggu kabar apakan Venti terutama keluarganya bersedia melepas Venti untuk bisa melanjutkan sekolahnya.  Pesan saya terakhir kepada kelurganya dan rekan-rekan saya yang ada di tempat tersebut, mungkin cukup ibunya yang sakit, dan sulit untuk disembuhkan, namun jangan sampai karena ini Venti juga ikut menderita dalam menghadapi masa depannya. Cukup hanya satu yang menjadi korban dan jangan sampai keduanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun