Mohon tunggu...
Agustian Donizar
Agustian Donizar Mohon Tunggu... -

"Langit Berawan Belum Tentu Hujan" Facebook:Agustian Donizar Instagram:@agustiandonizar

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kisah Sang Tahu Bunting dan Bakwan

11 Desember 2017   13:32 Diperbarui: 11 Desember 2017   13:36 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Pada zaman dahulu kala, hiduplah dua wanita cantik di suatu desa nun  jauh di sana. Keduanya seumuran dan bersahabat karib. Makwan berkulit  kuning langsat, bermata bundar, dan senyum yang menawan. Sementara Tahu  berkulit putih, bertubuh aduhai, dan kerlingan yang memikat. Kini,  keduanya tumbuh menjadi remaja yang ceria. Kecantikannya tak ada  tandingannya bahkan dari seluruh wilayah Kerajaan Gorengan. Hanya di  Desa Gerobak bisa ditemukan kembang desa tercantik sejagat, Makwan dan  Tahu.

"Eh, kamu udah denger belum? Katanya ada pemuda tampan dari desa seberang yang bertandang ke sini," ujar Makwan.

Tahu masih asik berenang. Minyak mendidih di dalam wajan membuatnya  enggan beranjak sebelum tubuhnya yang berlumuran tepung bersih sudah. Tiba-tiba, muncul seorang pemuda, tampan sekali.

"Makwan, coba  deh liat pemuda itu. Kayaknya dia pendatang, ya? Aduuhhh, tampan  sekali." Mata Tahu tak berkedip. Makwan pun terlihat sama, mulutnya  menganga melihat ketampanan pemuda itu.

"Itu pemuda yang aku bicarakan, Hu. Katanya dia datang ke sini untuk mencari pendamping hidup."

"Benarkah?" tanya Tahu penasaran.

"Iya, tapi kau sudah tak punya kesempatan. Kau sudah bertunangan." Makwan segera memberi penjelasan.


***

Pasar begitu ramai. Makwan sibuk berbelanja keperluan rumah sambil  menenteng keranjang. Banyak sekali bawaannya. Setelah selesai membeli cabe, ia memutar badan dan berdiri. Tiba-tiba, ada sesosok tubuh  menghantam pundaknya. Keranjangnya jatuh dan berhamburanlah  barang-barang belanjaannya.

"Maaf. Saya tak sengaja."

"Makanya kalau jalan itu pake ma ... ta." Suara Makwan tiba-tiba  melemah. Wajah tampan di hadapan membuatnya urung untuk memaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun