Banyak kulihat wanita cantik, seperti aku melihat surga-neraka, yang penuh keindahan semu.Â
Lalu, aku tergoda, terhanyut sampai muara, dengan seribu tanda tanya dalam ingauan;
"Bagaimana aku bisa berpaling ke arah neraka, jika kamu sudah cukup buatku bahagia?"
Katakan saja, Sayang. Bahwa aku bukan siapa-siapa. Kaulah pemenang.
Karena memang nyata adanya, tanpamu aku hanyalah batu karang di lautan
Namun aku tak pernah jemu, tuk selalu dilempar ke dalam surga hatimu
Di pelupuk mata indahmu itu, cintaku bersemayam
Berlari dan sembunyi sekalipun, kan tetap kurindukan
Gempita malam ini, nyanyikan serunai asmara kitaÂ
Tak jemu berbagi bahagia, dan kerap pergi entah ke mana
Tak terperi ujian hidup seorang pengembara
hujan angin, panas, sakit dan tertatih sedih
aku masih setia di bangku taman ini
menanti puing-puing kenangan tersapu bersih
Kusadari kini, pohon yang disibakan angin hanya sesal di akhir
kemudian tegak kembali, sampai datangnya mati
Kuyakin engkau akan kembali, atau kita hanya bermimpi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI