Acapkali, dalam sebuah project, ada pekerjaan bagi tim komunikasi untuk menulis cerita tentang project. Penulisan yang dimaksud, bertutur tentang bagaimana project tersebut menghasilkan 'sesuatu' yang bisa dibagi kepada khalayak.Â
Sesuatu ini, bisa tentang proses, tentang dampak, tentang perubahan-perubahan yang muncul dalam project tersebut.Â
Hal-hal yang diharapkan dapat dibagi tersebut, diupayakan tertangkap melalui serangkaian pengamatan lapangan, interviu, Focus Discusssion Group (FGD), dan bahan-bahan yang telah ada selama project berlangsung.Â
Jauh sebelum sebuah Good Practices disajikan dalam bentuk tulisan, ada tahapan yang kerap dilakukan, sebelum tim melakukan perjalanan untuk mengumpulkan data. Tahapan Pra Produksi kalau orang kreatif menyebutnya.Â
Atau, pengumpulan data dalam rangka membangun hipotesa awal, orang riset menyebutnya. Apapun sebutannya, tahapan inilah yang sebetulnya dapat mengarahkan siapapun yang akan turun mengumpulkan data dan fakta lapangan, untuk bekerja, bertanya, mencari jawaban dan memulai mengumpulkan keping puzzle yang nantinya disusun dalam bentuk naras utuh. Â
Proses yang terjadi dalam upaya untuk menelurkan sebuah tulisan ini yang coba dibagikan penulis kepada pembaca kompasianer.
Tahapan Pra Produksi.Â
Tahap ini, tahap persiapan. Isu yang akan dijadikan tema tulisan, didiskusikan, dicari bahan-bahan bacaannya, literasi yang ada dan berita-berita yang terkait.Â
'Calon korban' -sebutan saya untuk mereka yang akan diajak diskusi di lapangan, didata dan dihubungi satu persatu untuk diminta waktu bertemu, diminta waktu diskusi by phone (yang terkadang ini menjengkelkan buat mereka ya..).
Ditahapan ini, biasanya saya membuat list pertanyaan yang panjang dan terstruktur. Dan, semua saya tulis dalam bentuk memo di komputer.Â
Apakah semua pertanyaan itu akan ditanyakan bak wawancara pekerjaan? ya tidak. Pertanyaan tersebut menjadi sebuah kerangka berpikir bagi saya di lapangan.Â
List pertanyaan yang saya susun, tentu tidak akan lepas dari rumus wajib 5W+1H. Walaupun sudah tau, hafal luar dalam tentang acuan ini, acap kali begitu sampai di lapangan, karena keasyikan bertanya dan mengumpulkan bahan, malah jadi lupa tujuan awalnya.
Question list yang sudah disusun ini, dalam tahapan pra produksi, selain didiskusikan, juga dicari jawaban-jawaban sementaranya. Jawaban-jawaban sementara ini bisa dibangun melalui tulisan sejenis yang mengangkat tema sama dengan obyek yang berbeda.Â
Nah, kalau dalam tahapan ini ternyata kita sudah bisa mendapatkan literatur dan referensi yang komplit untuk membangun sebuah narasi atau tulisan Good Practices, terus bagaimana?
Proses menulis sepengalaman penulis, adalah proses untuk masuk ke dunia baru. Dunia yang harus benar-benar kita ketahui dinamikanya. Dunia yang tidak hanya kita longok barang sedetik dua detik lalu kita berlagak tahu tentang dunia tersebut.Â
Apa yang telah diperoleh dalam sebuah riset untuk mencari jawaban-jawaban dari pertanyaan ini hanyalah sebuah upaya awal untuk mengenali dunia yang akan kita masuki. Tetap saja, perlu untuk benar-benar tahu dan kemudian berinteraksi didalam para tokoh yang ada dalam dunia tersebut.
Jadi, kalau seluruhnya sudah komplit terus bagaimana? Kalau saya, ya...tetap harus field visit. Pergi ke lapangan. Menemukan feel. Mencari hal yang bisa membuat 'jiwa' dari tulisan Good Practices kita dapat.Â
Jadi, setelah itu semua udah clear, lets we move on ke tahap berikutnya; menyiapkan rencana perjalanan, menyiapkan outline tema tulisan dan daftar pertanyaan, menghubungi para narasumber/jejaring kita yang ada di lokasi, mengatur jadwal dan siap-siap kosongin perut...siapa tau selama ketemu dengan narasumber ada penganan lokal yang disajikan..serok gaez.
Tahapan Produksi, Field Visit.
Di tahap ini, bayangkan anda sudah sampai di lokasi yang dituju. Sembari menunggu bagasi -bagi yang naik pesawat, segerakan mengonfirmasi posisi narasumber pertama yang akan anda temui. jangan lupa liat jam..kalau siang dan hari aktif kantor.
Usahakan bertemu setelah makan siang. atau...kalau memang uang perjalanan anda sudah mengcover makan siang bareng narasumber, sekalian aja ajak narsum untuk maksi di tempat yang direkomendasikan sama si narsum. Penak wis...jagongan karo maem awan...jo lali kopi sama sebats rokoknya.
Saat bertemu narsum pertama, merupakan saat memverifikasi bahan yang sudah terkumpul sebelum field visit dilakukan. Tapi jangan semua ditumplekin ke narsum pertama ini. Ntar muntah, kasihan.Â
Dalam berdiskusi atau wawancara awal ini, anda harus benar-benar memperhatikan gesture narsum anda ini. Masih enjoy untuk diskusi, atau sudah mulai resah karena ada agenda lain.
Di akhir diskusi, jangan lupa untuk meminta siapa yang bisa anda temui untuk narsum berikutnya, plus pastikan bahwa apa yang anda tulis nanti akan dishare ke narsum ini.Â
Make them proud lah gaez. Jangan lupa, kasih tau siapa yang nanti akan membaca tulisan anda ini, dan dampak yang diharapkan muncul dari tulisan good practices anda tersebut.
Ditahap ini, anda harus banyak bertemu orang, dan banyak bertanya. Jangan menyimpulkan sebuah asumsi tanpa ada narasumber/statemen yang menguatkan asumsi anda dari narasumber.Â
Jika narasumber yang anda temui masih belum bisa memberikan jawaban yang menurut anda memuaskan, anda harus kembali mencari narasumber lain atau..mencari data terkait dengan statemen si narasumber melalui riset kembali.Â
Oiya, anda juga harus ingat..terkadang field visit yang kita lakukan, mempunyai keterbatasan waktu. Jadi, penting untuk fokus pada upaya mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah kita siapkan tidak dari satu narasumber saja. Semakin banyak semakin baik. Asal, memang fokus pada upaya untuk mengulas lebih dalam terkait dengan tema/isu yang akan dinarasikan tersebut.
Dalam tahapan field visit, jangan lupa untuk bertanya tentang nama, jabatan, alamat, prestasi, aktifitas sehari-sehari, dan informasi-informasi tidak penting lainnya pada narasumber. Informasi ini penting sebagai 'bumbu' saat kita menulis nanti.
Tahapan Pra Produksi -Menulis Hasil
Tulisan Good Practices, pada dasarnya tulisan yang bertujuan tidak hanya membagi pengalaman. Tulisan Good Practices mempunyai tujuan yang lebih jauh, yaitu mampu menginspirasi pembaca untuk melakukan sebuah aktifitas yang memberikan manfaat/mendukung sebuah program.Â
Jikapun tidak bisa menginspirasi, apa yang kita tuliskan dapat ditiru dan diterapkan di tempat lain, oleh orang lain.
Apa yang sudah kita peroleh saat field visit, harus ditulis kembali. Dengan gaya yang anda miliki, dan dengan cara bertutur yang baik serta mampu mempengaruhi pembaca.Â
Jika sudah sampai di tahap ini...tentu akan sangat tergantung pada pengalaman dan jam terbang anda toh. Lalu apa ada cara untuk membuat sebuah tulisan kita sempurna? - ada, nanti kita bahas di lain waktu ya...
Tulisan Good Practices kebanyakan yang baik adalah yang mampu menjelaskan secara utuh background permasalahan yang dihadapi, upaya tokoh utama dan tokoh pendukung lainnya dalam mencari solusi permasalahan, dan hasil dari upaya tersebut seperti apa. Akan sangat baik, kalau ada statement pendukung dari masyarakat yang menerima manfaat.Â
Otherwise, jika penerima manfaat tersebut belum bisa diwawancarai (semisal penerima manfaat tersebut adalah bayi, anak kecil), anda dapat merekam bagaimana situasional para penerima manfaat/program dalam merespon aktifitas yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Jadi..sudah siap untuk menulis cerita yang menginspirasi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H