Mohon tunggu...
Agustanto Imam Suprayoghie
Agustanto Imam Suprayoghie Mohon Tunggu... Administrasi - Konsultan Komunikasi di Republik Ini

berusaha mendisiplinkan diri, dengan menjadi diri sendiri, bersikap lebih baik, selalu memandang bahwa tidak ada sebuah kelebihan tanpa kekurangan, dan tidak ada kesempurnaan tanpa kesalahan, masa depan adalah tantangan, dan itu harus ditaklukkan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

PKH: Anak Cerdas, Miskin Tuntas!

20 Februari 2019   09:27 Diperbarui: 20 Februari 2019   09:56 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengabaian masalah-masalah manusia sebagai subyek dalam pengentasan kemiskinan diyakini sebagai penyebab kegagalan dalam mengatasi masalah kemiskinan, mengingat masyarakat golongan miskin bagaimanapun merupakan manusia dengan beragam masalah yang memerlukan solusi melalui suatu kebijakan. Hal ini yang kemungkinan besar menjadi dasar berpikir pemerintah untuk memfokuskan PKH pada masalah pendidikan.

Dari lima kriteria dasar penerima dana tunai PKH, empat kriteria menunjuk pada anak-anak, dengan masing-masing batasan usia. Jadi, selain diintervensi berbagai program, kelompok anak hingga remaja dalam KPM dijamin kepastiannya untuk bersekolah. 

Dengan kriteria ini, teori bahwa salah satu cara untuk memutuskan rantai kemiskinan dalam satu keluarga yakni dengan Pendidikan terbukti. Dan, dokumentasi bagaimana PKH berhasil mencetak generasi-generasi cerdas tersebut, dapat dilihat infografisnya di laman kemensos (ini link-nya). 

Yang kemudian harus menjadi locus dari pemerintah -kedepannya, adalah bagaimana koordinasi antar lembaga, monitoring implementasi PKH dan evaluasi menjadi konsisten dan mengabaikan faktor geo politik. 

Hal lain juga yang harus diperhatikan adalah mekanisme pengusulan dan penetapan KPM KPH. Kerentanan proses pengusulan dan penetapan KPM KPH, jika ditarik jauh kebelakang, permasalahannya adalah pada Sistem Data Kependudukan Indonesia (KTP) yang ndak pernah tuntas. 

Tapi Kemensos pun, berdasarkan dari waktu ke waktu terus melakukan penyempurnaan proses (lihat infografis berikut ini), termasuk didalamnya menyediakan hotline number yang dapat menerima pengaduan dari masyarakat jika ada ketidaktepatan dalam implementasi program.

 Jika inipun mbleset, Kemensos punya cara unik juga untuk membuat malu mereka yang sebenarnya tidak layak mendapatkan PKH, yakni dengan menempeli stiker bertulis masyarakat miskin di rumah mereka. Dan ini patut diapresiasi.

Jadi, tidak ada alasan lagi sebetulnya untuk kemudian mematahkan statemen dari pemerintah bahwa PKH yang saat ini sudah masuk ke tahun 12 pelaksanaannya, sudah terbukti efektif memutus rantai kemiskinan. 

Optimis dan terus bekerja akan lebih baik, daripada menggerutu apalagi menyalahkan tanpa memberi ide solusi pemecahan masalahnya toh? Kerja keras, Kemiskinan Tuntas, Anak pun cerdas!! Cahyo!!!.(sec)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun