Pengabaian masalah-masalah manusia sebagai subyek dalam pengentasan kemiskinan diyakini sebagai penyebab kegagalan dalam mengatasi masalah kemiskinan, mengingat masyarakat golongan miskin bagaimanapun merupakan manusia dengan beragam masalah yang memerlukan solusi melalui suatu kebijakan. Hal ini yang kemungkinan besar menjadi dasar berpikir pemerintah untuk memfokuskan PKH pada masalah pendidikan.
Dari lima kriteria dasar penerima dana tunai PKH, empat kriteria menunjuk pada anak-anak, dengan masing-masing batasan usia. Jadi, selain diintervensi berbagai program, kelompok anak hingga remaja dalam KPM dijamin kepastiannya untuk bersekolah.Â
Dengan kriteria ini, teori bahwa salah satu cara untuk memutuskan rantai kemiskinan dalam satu keluarga yakni dengan Pendidikan terbukti. Dan, dokumentasi bagaimana PKH berhasil mencetak generasi-generasi cerdas tersebut, dapat dilihat infografisnya di laman kemensos (ini link-nya).Â
Yang kemudian harus menjadi locus dari pemerintah -kedepannya, adalah bagaimana koordinasi antar lembaga, monitoring implementasi PKH dan evaluasi menjadi konsisten dan mengabaikan faktor geo politik.Â
Hal lain juga yang harus diperhatikan adalah mekanisme pengusulan dan penetapan KPM KPH. Kerentanan proses pengusulan dan penetapan KPM KPH, jika ditarik jauh kebelakang, permasalahannya adalah pada Sistem Data Kependudukan Indonesia (KTP) yang ndak pernah tuntas.Â
Tapi Kemensos pun, berdasarkan dari waktu ke waktu terus melakukan penyempurnaan proses (lihat infografis berikut ini), termasuk didalamnya menyediakan hotline number yang dapat menerima pengaduan dari masyarakat jika ada ketidaktepatan dalam implementasi program.
 Jika inipun mbleset, Kemensos punya cara unik juga untuk membuat malu mereka yang sebenarnya tidak layak mendapatkan PKH, yakni dengan menempeli stiker bertulis masyarakat miskin di rumah mereka. Dan ini patut diapresiasi.
Jadi, tidak ada alasan lagi sebetulnya untuk kemudian mematahkan statemen dari pemerintah bahwa PKH yang saat ini sudah masuk ke tahun 12 pelaksanaannya, sudah terbukti efektif memutus rantai kemiskinan.Â
Optimis dan terus bekerja akan lebih baik, daripada menggerutu apalagi menyalahkan tanpa memberi ide solusi pemecahan masalahnya toh? Kerja keras, Kemiskinan Tuntas, Anak pun cerdas!! Cahyo!!!.(sec)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H