Mohon tunggu...
Agustanto Imam Suprayoghie
Agustanto Imam Suprayoghie Mohon Tunggu... Administrasi - Konsultan Komunikasi di Republik Ini

berusaha mendisiplinkan diri, dengan menjadi diri sendiri, bersikap lebih baik, selalu memandang bahwa tidak ada sebuah kelebihan tanpa kekurangan, dan tidak ada kesempurnaan tanpa kesalahan, masa depan adalah tantangan, dan itu harus ditaklukkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Liga Desa Nusantara 2017, Saatnya Sepak Bola Kembali ke Desa

13 Desember 2017   00:36 Diperbarui: 13 Desember 2017   09:37 3460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diperlukan upaya untuk melihat sebuah kompetisi yang diselenggarakan dengan mengatasnamakan desa adalah tidak sepenuhnya harus sesuai standar-standar yang selama ini. Dan ini harus terpecahkan dan menjadi sebuah solusi yang mudah untuk diterapkan.

Hal lain yang sebenarnya tak kalah penting dari penyelenggaraan LDN 2018 adalah multiplier effect. Sebagai bagian dari aktivitas masyarakat desa, LDN harus mampu menjadi pengungkit bagi munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di tingkat desa. Event sepak bola bukan menjadi semata ajang taruhan/judi. 

Event sepak bola harus mampu untuk menghadirkan keriaan, kegembiraan dan menjadi trigger bagi pembangunan pedesaan di masa mendatang. Penyelenggara kegiatan, dalam hal ini koordinator regional harus bisa menjelaskan apa yang diharapkan sebenarnya dari kegiatan ini bukan semata kompetisi memperebutkan juara. 

LDN harus dikomunikasikan pula sebagai multievent yang mampu mengangkat potensi lokal desa ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini pasti terkait dengan side event yang bisa dijual dan dilaksanakan sebelum pertandingan digelar ataupun saat pertandingan dilaksanakan.

Di level nasional, upaya untuk menghadirkan sebuah kompetisi yang mempunyai standar minimal layak memang akan menjadi problem besar. Hal ini tentu menyangkut keterbatasan pendanaan yang disediakan oleh APBN untuk mendukung kegiatan. 

Tapi sebetulnya ini bukan masalah, jika packaging dari kegiatan mampu dibuat semenarik mungkin dan mampu dijual kepada para sponsor sebagai event yang mempunyai nilai manfaat ekonomi yang tinggi bagi publikasi produk-produk mereka, terutamanya di level desa. 

Dibutuhkan analisis stakeholder dan analisis captive market yang mumpuni di level ini guna mendapatkan siapa saja sebenarnya yang layak untuk menjadi target bagi penyelenggara untuk 'dikejar' dan diyakinkan bahwa kompetisi LDN akan mengatrol positioning produk mereka di mata masyarakat.

Selain hal-hal diatas, beberapa hal lain yang patut menjadi pertimbangankan ke depan adalah kemungkinan untuk kegiatan LDN putaran nasional mempunyai irisan waktu dengan penyelenggaraan event-event olahraga internasional yang diselenggarakan di Indonesia. Ini tentunya harus dihindari, jika penyelenggara menginginkan partisipasi sponsor bisa optimal didapatkan. 

Kalau mau sudden death juga ndak papa..tapi siap ndak dengan efek yang nanti ditimbulkan? Hehehehehe..LDN 2017 sudah banyak catatannya.

Banyak hal yang sebenarnya harus diperbaiki, disiapkan dan dibahas mulai dini sebagai bekal penyelenggaraan LDN 2018. Bagaimanapun, keberanian Kemendesa untuk menjadi penyelenggara LDN 2017 patut diacungi jempol. Ini sebuah kreatifitas, langkah berani, dan patut diapresiasi. 

Semoga penyelenggaraan LDN 2018 nanti mampu untuk lebih semarak, lebih hidup, dan benar-benar dimanfaatkan sebagai ajang untuk menghidupkan kembali potensi-potensi yang ada di desa. Ganbatte!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun