Mohon tunggu...
AGUS SUWARNO
AGUS SUWARNO Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik yang senang membaca dan menulis

Kang Guru dari lereng gunung Slamet, Banyumas,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir Perjalanan Si Blendong

6 Agustus 2021   00:31 Diperbarui: 6 Agustus 2021   00:32 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Mbok Sarti segera bergegas menuju rumah Kang Darman untuk memastikan bahwa Ia segera membeli salah satu sapi peliharaannya. Tampak Kang darman sedang menerima beberapa tamu yang berminat untuk membeli sapi atau kambing peliharaan Kang Darman. 

" Ada apa Mbok, kok kelihatan tergesa-gesa ", sapa Kang Darman melihat Mbok Sarti tampak ingin menyela pembicaraannya dengan tamunya." Anu Kang, ini aku sudah bawa barangya", jawab Mbok Sarti menunjukkan sebuah kantong berwarna hitam berisi sesuatu. " Apa itu Mbok ", Kang Darman tampak penasaran dengan isi kantong berwarna hitam tersebut. 

Mbok Sarti tidak serta merta menjawab, tetapi Ia langsung membuka kantong tersebut dan menunjukkan isinya kepada Kang Darman. Kang Darman terkejut demi melihat isi kantong tersbut. 

Tampak perhiasaan berbahan emas berupa kalung,gelang dan cincin terlihat dari balik kantong tersebut. "Ini kang untuk nebus Si Blendong ", kata Mbok Sarti.

Lima tahun yang lalu saat Mbok Sarti pulang dari mencari kayu bakar, Ia melihat kang Darman sedang menggendong seekor anak sapi. Tampak  sapi berbulu putih itu begitu sehat dan bersih.

 " Anak sapi yang mana kang, kok lucu dan lincah ya !", tanya Mbok Sarti kepada Kang Darman. 

" Oh, ini anaknya Si  Bohay,baru lairan toga hari yang lalu ", jawab Kang Darman sambil menurunkan anak sapi tersebut. Tampak anak sapi tersebut berjalan agak tertatih tatih, belum begitu seimbang. 

"Kang boleh tidak aku pesen anak sapi tersebut kalau besar aku beli untuk kurban tahun yang akan datang", kata Mbok Sarni. "Apa Mbok Sarni mau qurban sapi ?." tanya Kang Darman setengah tidak percaya. " Iya Kang, memang kenapa?. " Mbok Sarti bertanya balik. "Oh, ya tidak apa-apa ?." Dalam hati Kang Darman tidak yakin Mbok Sarti mampu berkurban Sapi." Insyaallah Kang,doakan  Aku diberi umur panjang , sehingga bisa berkurban sapi tersebut ." Kata Mbok Sarti mohon doa. 

" Ya Mbok, terus tahun ini bagaiaman ?," tanya Kang Darman. " Untuk tahun ini tetap kurban, kambing dulu ."Kata Mbok Sarti. " Siap Mbok, itu si Bendot sudah siap dikurbankan ," Kata Kang Darman sambil menunjuk seekor kambing jantan yang tampak sehat gemuk dan gagah. " Terus anak sapi ini mau diberi apa Mbok?.

" Tanaya Kang Darto. "Mmm, diberi nama apa ya ?." Mbok Sarti balik bertanya. " Apa mua diberi nama grandong, bagol,blendong atau penjol " Kang Darto menawarkan beberapa nama untuk dipilih.

 " Ya sudah, Blendong saja !."Saut Mbok Marni."Oh ya Kang, uang untuk Si Bendot  besok ya!, kambingnya dibawa ke masjidnya pagi sebelum penyembelihan ". 

" Ya Mbok, uangnya tidak usah tergesa-gesa. Sekalian saja uangnya pas nganter Bendot ". Kata Kang Darto. " Ya sudah aku pulang dulu. Ingat ya si Blendong jangang dijual ke orang lain." kata Mbok Sarti mengingatkan. " Sip Mbok." Jawab Kang Darto sambil menunjukkan jempolnya.

Mbok Sarti adalah langganan Kang Darto saat membutuhkan hewan kurban. Biasanya Mbok Sarti sudah memilih kambing kurban beberapa bulan sebelum hari penyembelihan. 

Salah kebiasaan Mbok Sarti adalah memberi nama kambing yang Ia pilih sebagai hewan kurban. Kang Darto sendiri sangat senagn kalau Mbok Sarti membeli kembing di tempatnya. 

Biasanya Mbok Sarti ikut merawat kambing tersebut. Mbok sarti selalu mencarikan  makanan dedaunan bersamaan Ia mencari ranting kering di ladang. Tidak heran jika kambing pesanan Mbok sarti tumbuh sehat dan gagah.

Bagi para tetangganya Mbok Sarti dianggap unik. Mengapa?. Jika melihat kondisi rumah dan cara berpakaiannya Mbok sarti termasuk kurang layak sebagai orang yang mampu berkurban. 

Mbok Sarti tinggal sendiri di sebuah rumah yang sangat sederhana. Rumah yang didominasi oleh papan tampak sudah terlihat tua. 

Sementara itu kegiatan Mbok Sarti kesehariannya berkebun dan mencari kayu bakar. Di depan rumah tampak warung sederhana yang menjual kebutuhan rumah tangga , sementara di depan warung tampak meja kecil berdiri deretan botol berisi bensin untuk dijual. 

Mbok Sarti sebenarnya mempunyai empat anak. Keempatnya semua sudah berumah tangga dan mempunyai rumah sendiri. Tiga anaknya tinggal di luar kota. Sementara yang tinggal satu desa adala anak bungsunya. 

Anak-anak Mbok Sarti ada yang jadi PNS, berdagang, dan sopir. Sementara yang bungsu menjadi ibu rumah tangga tinggal tidak jauh dari rumah Mbok Sarti. 

Anak-anak Mbok Sarti yang ada di luar kota rutin mengirim uang untuk kebutuhan Mbok Sarti. 

Bahkan anak-anak Mbok Sarti patungan mebuatkan warung atas permintaannya. Sebenarnya anak-anak berharap Mbok Sarti mau mengikuti salah satu dari anaknya. Namun Mbok Sarti adalah sosok yang mandiri. Selama Ia masih bisa bergerak maka Ia akan tetap memilih tinggal di rumahnya. 

Kebisaan Mbok Sarti berkurban sendiri sebenarnya kurang disetujui oleh anak-anaknya. Mereka berharap uang yang untuk kurban lebih digunakan untuk memperbaiki rumah. 

Namun Mbok Sarti bersikukuh bahwa rumah yang ditinggalinya sudah cukup bagus. Ia tidak ingin rumah bagus di dunia. Mbok Sarti berprinsip di sisa umurnya Ia ingin membangun rumah yang bagus di surga. 

Maka uang yang diberi oleh anak-anaknya sebagian Ia tabung untuk berkurban sementara sebagian yang lain ia gunakan untuk infak dan sedekah. 

Mbok Sarti selalu mengingat pesan guru ngajinya sewaktu kecil bahwa dengan bersedekah dan infak maka di akhirat nanti Ia akan dibangunkan rumah yang bagus nantinya. Sementara itu dengan berkurban, maka hewan yang dikurbankan akan menjadi kendaraan di surga nanti. 

Tidak heran jika saat berkurban Mbok Sarti selalu memilih kambing yang besar dan sehat tidak peduli dengan harga yang mahal. Mbok Sarti berpikir dengan hewan yang sehat kelak saat dikendarai ke surga akan lebih cepat dan aman. Dengan pertimbangan tersebut Mbok Sarti mempunyai keinginan berkurban sapi. 

Ya, sapi adalah hewan yang lebih besar dan lebih kuat daripada kambing. Tentu saja  sapi yang dikurbankan kelak akan lebih kuat dan aman saat dikendarai menuju akherat kelak, pikir Mbok Sarti.

Demi mewujudkan cita-citanya, Mbok Sarti lebih giat menabung. Mbok Sarti sendiri lebih memilih makan dari hasil kebun belakang rumah. Untuk memasak Mbok sarti menggunakan tungku dengan ranting kering sebagai bahan bakarnya. 

Uang pemberian anak-anaknya Ia kumpulkan jika dirasa cukup banyak Ia belikan perhiasan emas. 

Tidak itu saja, Mbok sarti juga menabung uang keuntungan hasil berjualan di warung. Dari hasil kegigihn,keuletan dan ketekunan Mbok Sarti, tabungan perhiasan emasnya dapat menebus Si Blendong untuk kurban tahun ini.

Pagi itu Mbok Sarti melihat Si Blendong dituntun oelh empat orang tukang jagal. Sekilas tampak mata Si Blendong melirik Mbok Sarti. Mata Si Blendong tampak redup, ada kepasarahan dan juga ungakapan selamat jalan kepada Mbok Sarti. 

Tak terasa air mata meluncur pelan dari sudut mata kiri Mbok Sarti. Perempuan berumur tujuhpuluhan itu tampak dari matanya tergambara  rasa sedih dan gembira yang berpadu. 

Kesedihan melepas si Blendong yang Ia rawat sejak kecil dan kegembiraan karena terbayang olehnya saat Ia kelak ke akhirat mengendarai si Blendong untuk menuju rumah surganya. 

Berbagai rasa yang berkecamuk dalam dada seketika pudar saat bunyi takbir menandai dimulainya prosesi penyembelihan Si Blendong. Mbok Sarti bergegas meninggalkan lokasi penyembelihan karena tidak ingin melihat akhir hidup si Blendong. 

"Sampai berjumpa nanti  Blendong, saat engkau mengantar Aku ke rumah abadiku di surga sana." Kata Mbok Sarti dalam hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun