Tak terasa air mata meluncur pelan dari sudut mata kiri Mbok Sarti. Perempuan berumur tujuhpuluhan itu tampak dari matanya tergambara  rasa sedih dan gembira yang berpadu.Â
Kesedihan melepas si Blendong yang Ia rawat sejak kecil dan kegembiraan karena terbayang olehnya saat Ia kelak ke akhirat mengendarai si Blendong untuk menuju rumah surganya.Â
Berbagai rasa yang berkecamuk dalam dada seketika pudar saat bunyi takbir menandai dimulainya prosesi penyembelihan Si Blendong. Mbok Sarti bergegas meninggalkan lokasi penyembelihan karena tidak ingin melihat akhir hidup si Blendong.Â
"Sampai berjumpa nanti  Blendong, saat engkau mengantar Aku ke rumah abadiku di surga sana." Kata Mbok Sarti dalam hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H