Bangsa Israel atau Yahudi, meskipun termasuk golongan bangsa yang mempunyai kecerdasan lebih, dan memeperoleh kemakmuran yang cukup, tetapi tidaklah tepat bila dikatakan sebagai bangsa yang terberkati. Hal ini disebabkan karena kehadiran mereka tidak mampu memberi keberkahan, malah menimbuklkan kesusahan dan bencana bagi bangsa sekitarnya.
Bangsa yang kehadirannya tidak memberi kedamaian dan keberkahan bagi bangsa sekitarnya, dan malah membuat kesedihan dan bencana, maka tidak layak disebut sebagai bangsa yang terberkati.
Dari semua peta berkat, baik sumber daya alam atau sumber daya manusia, sejatinya ada satu peta berkat yang sangat penting berperan dalam kemajuan dan kemakmuran sebuah bangsa, yaitu peta 'kecerdasan hati manusia', terutama tentang sikap toleransi dan keterbukaan yang tinggi. Bangsa yang menjunjung sekaligus menerapkan sikap toleransi dan keterbukaan yang tinggi akan menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali bagi banyak orang dari berbagai latar wilayah, sosial, budaya dan agama.
Sebuah tempat dengan penduduknya yang mempunyai sikap sangat toleran, terbuka, menghargai perbedaan dan demokratis, maka akan banyak diminati oleh orang-orang yang punya pikiran terbuka dan penuh semangat untuk mengembangkan berbagai macam ide tanpa rasa takut terhadap kondisi atau system yang mengekang.
Tempat yang demikian akan menjadi tujuan bagi orang-orang cerdas untuk mengembangkan bakat dan idenya dengan bebas. Artinya, tempat tersebut akan banyak dialiri oleh otak-otak cerdas dan mengumpul di sana untuk bersama-sama membentuk kehidupan sosial masyarakat yang damai, bertoleransi, makmur, modern dan maju dalam segala bidang ilmu pengetahuan. Itulah tempat atau bangsa yang menurut pandangan penulis adalah yang terberkati. Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H