Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kementerian Agama, Tantangan Global Abad-21 dan "Useless Class Citizen"

25 Maret 2019   08:46 Diperbarui: 25 Maret 2019   11:11 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Kompas.com

Ilustrasi : ideas.ted.com
Ilustrasi : ideas.ted.com
Pada akhir abad ke-18 Revolusi Industri menciptakan proletariat atau  masyarakat kelas pekerja di perkotaan besar yang berkatagori rendah secara sosial. Sosialisme muncul dan menyebar pesat karena berhasil menjawab kebutuhan, harapan, dan ketakutan kelas pekerja yang baru ini. Namun, akhirnya liberalisme mampu mengalahkan sosialisme hanya dengan mengadopsi bagian-bagian terbaik dari program sosialis.

Pada abad ke-21 akan tercipta kelas besar baru yang tidak mempunyai fungsi sama sekali. Orang-orang tanpa nilai ekonomi, politik atau bahkan artistik, yang tidak berkontribusi apa pun bagi kemakmuran, kekuasaan, dan kemuliaan masyarakat. "Kelas tidak berguna" atau useless class ini tidak hanya akan menjadi pengangguran -- mereka memang tidak bisa dipekerjakan.

Pada bulan September 2013, dua peneliti Oxford, Carl Benedikt Frey dan Michael A. Osborne, menerbitkan "The Future of Employment," di mana mereka mensurvei kemungkinan berbagai profesi diambil alih oleh algoritma komputer dalam 20 tahun ke depan, dan mereka memperkirakan bahwa 47 persen pekerjaan di AS berisiko tinggi.

Ada kemungkinan sekitar 99 persen bahwa pada 2033 pekerja telemarketer dan penjamin asuransi akan kehilangan pekerjaannya karena algoritma. Ada kemungkinan 98 persen hal yang sama akan terjadi pada wasit olahraga. Kasir - 97 persen. Koki - 96 persen. Pelayan - 94 persen. Karyawan legal dan ahli hukum - 94 persen. Pemandu wisata - 91 persen. Pembuat roti - 89 persen. Pengemudi bus - 89 persen. Buruh konstruksi - 88 persen. Asisten dokter hewan - 86 persen. Satpam - 84 persen. Pelaut - 83 persen. Bartender - 77 persen. Karyawan bagian pengarsipan - 76 persen. Tukang kayu - 72 persen. Penjaga Pantai - 67 persen.

Tentu saja ada beberapa pekerjaan yang aman. Kemungkinan bahwa algoritma komputer akan menggantikan arkeolog pada tahun 2033 hanya 0,7 persen, karena pekerjaan mereka membutuhkan jenis pengenalan pola yang sangat rumit. Selain itu pekerjaan tersebut tidak menghasilkan keuntungan yang besar, sehingga  tidak ada perusahaan atau pemerintahan yang akan melakukan investasi sangat besar untuk mengotomatisasi arkeologi dalam 20 tahun ke depan.

Yang cukup membuat gelisah orang tua adalah kemungkinan sebagian besar dari apa yang dipelajari anak-anak di sekolah saat ini, tidak akan relevan 20 -- 30 tahun ke depan.

Tentu saja, pada 20-30 tahun mendatang akan ada profesi baru muncul - misalnya, virtual designer. Tetapi profesi seperti ini akan membutuhkan kreativitas dan fleksibilitas yang jauh lebih tinggi  dibanding yang sedang berjalan saat ini, sehingga sulit misalnya seorang kasir atau agen asuransi berusia 40 tahun akan dapat mengubah diri mereka menjadi desainer virtual. Lagi pula, tidak tertutup bahwa algoritma juga akan mengambil alih pekerjaan virtual designer karena bisa melakukan lebih baik dibanding manusia.

Saat ini tidak ada yang tahu bagaimana pasar kerja pada tahun 2030 atau 2040 yang akan datang. Kita pun tidak tahu apa yang harus diajarkan kepada anak-anak kita saat ini untuk menghadapinya. Yang jelas, sebagian besar yang mereka pelajari saat ini di sekolah ,mungkin tidak akan relevan lagi saat mereka berusia 40 - 50 tahun.

Secara tradisional diketahui bahwa kehidupan ini dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu masa belajar, dan diikuti oleh masa kerja. Diprediksi model kehidupan tradisional tersebut akan menjadi usang, dan satu-satunya cara bagi manusia untuk tetap bertahan adalah dengan terus belajar sepanjang hidup mereka dan berulang kali harus memperbaruhi diri kembali. Akan banyak orang yang tidak sanggup melakukannya, dan orang-orang ini akan masuk kedalam golongan manusia tidak berguna alias useless class.

Penutup

Jadi, tantangan terbesar abad ke-21 sekaligus sebagai masalah krusial adalah bukan pada  penciptaan lapangan kerja baru, tetapi bagaimana menciptakan pekerjaan baru yang manusia bisa melakukannya secara lebih baik dibanding algoritma. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun