Bagi PSI, kuantitas pendukung sepertinya belum menjadi prioritas, tapi kualitas pendukung yang memahami dan sejalan dengan platform partai adalah yang utama. Kelihatan sekali bahwa mereka sengaja membuat segmentasi pasar, dengan menyasar pemilih yang tidak menginginkan perda berbasis agama yang menimbulkan intoleransi dan diskriminasi.Â
Berapapun jumlah suara yang bisa diraih melalui pemilu, maka itu adalah modal kekuatan bagi Grace dan kawan-kawan untuk terus bersikap dan berjuang demi toleransi dan kedamaian negeri.
*****
Sejujurnya, penulis juga mendukung sikap PSI tersebut. Hal ini disebabkan, masyarakat Indonesia yang majemuk dan beraneka ragam, baik suku, budaya, ras dan agama, akan sangat rentan perpecahan bila dikotak-kotakan. Munculnya 'perda syariah' di daerah mayoritas muslim, yang kemuadian disusul 'perda injil' di daerah mayoritas Kristen, akan semakin mengkotak-kotakan wilayah NKRI.
Terhembusnya issue intoleransi dan diskriminasi terhadap penduduk minoritas akibat 'perda syariah', berpotensi dibalas dengan hal yang sama di daerah yang ber'perda injil'. Kalau hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka Indonesia akan semakin terkotak-kotak dan semakin sulit untuk dijaga keutuhannya.
 Maka dari itu, biarlah peraturan agama yang berdasar kitab suci mengatur masalah etika dan moral bagi masing-masing pemeluknya. Sementara itu, peraturan publik, seperti perda yang mengatur masyarakat luas yang majemuk, mengacu pada nilai-nilai humanisme universal dengan tetap mengakomodir nilai agama dan budaya setempat. Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H