Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengetahuan Agama, Sains, dan Humanisme

27 Oktober 2018   09:22 Diperbarui: 28 Oktober 2018   10:22 2080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang yang tidak sepakat dengan formula pengetahuan dari para agamawan dan lebih mempercayai ilmu pengetahuan, mengajukan formula pengetahuan yang berbeda, yaitu 'Pengetahuan = Data empiris x Matematika'. 

Artinya, kalau kita ingin mengetahui tentang sesuatu, maka harus mengumpulkan beberapa data empiris yang relevan, lalu menggunakan perangkat lunak 'matematika' untuk menganalisanya.

Misalnya untuk mengetahui bentuk bumi, maka kita bisa memulai dengan mengamati matahari, bulan dan planet lain dari beberapa lokasi di muka bumi. Ketika sudah didapat data pengamatan yang cukup, maka dengan ilmu matematika, khususnya trigonometry, kita dapat menyimpulkan tidak hanya bentuk permukaan bumi, namun juga struktur tata surya matahari.

Dalam prateknya, para ilmuwan dalam mendapatkan sebuah pengetahuan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melakukan banyak observasi, eksperimen di laboratorium dan ekspedisi riset lapangan guna mengumpulkan sebanyak mungkin data. Selain itu para ilmuwan harus terus melatih keahlian matematikanya agar bisa menginterpretasi semua data dengan lebih baik.

Formula pengetahuan dari kalangan ilmuwan ini mampu membawa terobosan yang sangat besar di bidang ilmu astronomy, fisika, kimia, kedokteran, ekonomi, sosial dan bidang-bidang ilmu lainnya. Namun, formula pengetahuan ini tidak mampu memberi jawaban tentang arti dan nilai dari suatu tindakan.

Kaum agamawan akan dengan mudah mengatakan bahwa membunuh atau mencuri itu tindakan yang salah, karena kitab suci mengatakan demikian. Sementara, seorang ilmuwan yang mengandalkan formula 'Pengetahuan = Data empiris x matematika', tidak bisa memberikan penilaian tentang etika perbuatan. Tidak cukup data empiris dan tidak ada perangkat lunak matematika yang bisa membuktikan bahwa membunuh atau mencuri itu salah.

Sebuah peradaban tidak akan bisa bertahan tanpa pengetahuan tentang nilai etika. Untuk itu formula pengetahuan science harus beriringan dengan formula pengetahuan agama. Ketika mengahadapi masalah teknis, seperti menentukan bentuk bumi, membangun sebuah bangunan atau menyembuhkan suatu penyakit, kita bisa mengumpulkan data-data empiris dan kemudian mengalisa dengan secara matematis untuk mendapatkan solusinya. 

Namun, ketika berhadapan dengan masalah etika, seperti menentukan boleh atau tidak suatu tindakan seperti perceraian, aborsi dan homoseksualitas, maka kita akan mengacu ke kitab suci, sebagai dasar bagi pengetahuan agama.

Pengetahuan Humanisme, 'Pengetahuan = Pengalaman x Sensitifitas'.

Saat ini di negara sekular, terutama negara-negara barat yang tidak lagi mengandalkan agama dengan kitab sucinya sebagai sumber pengetahuan yang utama, memilih ideologi humanisme sebagai alternatif. Para panganut paham humanisme menyusun formula pengetahuan baru untuk menjawab tentang berbagai masalah etika dan moral. Formula tersebut adalah, 'Pengetahuan = Pengalaman x Sensitifitas'.

Jika kita ingin mengetahui jawaban tentang pertanyaan etika, maka dibutuhkan hubungan  antara pengalaman diri dan pengamatan diri terhadap hal yang dialami, melalui rasa kepekaan dari suara hati yang paling dalam, jujur dan murni. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun