Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peradaban, Hanyalah Bagian Proses Seleksi Alam

10 Oktober 2018   14:23 Diperbarui: 10 Oktober 2018   14:36 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Wikipedia.org

Banyak pakar, politisi, dan warga biasa percaya bahwa muara penyebab munculnya gelombang Arab spring, yang bermula dari Tunisia, kemudian menjalar ke Libya, Mesir, Irak dan berujung perang saudara di Suriah, serta bangkitnya ISIS, terjadi akibat bentrokan antara "Peradaban Barat" dan "Peradaban Islam". Upaya Barat untuk memaksakan demokrasi dan hak asasi manusia di negara-negara Islam menghasilkan reaksi keras balik, sehingga menimbulkan juga ketidakstabilan di Uni Eropa.

Selain itu gelombang imigran muslim dan ditambah dengan serangan teroris, menyebabkan sebagian masyarakat Eropa meninggalkan impian multikultural demi identitas lokal mereka. Saat ini rakyat Polandia, Hungaria, Austria dan Italia 'meminta' partai kanan berkuasa di negeri mereka. Mereka ingin pemerintah lebih fokus kepada kepentingan nasional mereka, dan mengurangi atau bahkan menghentikan datangnya imigran ke negara mereka.

Dalam skala yang lebih kecil, 'benturan peradaban' juga sedang berlangsung di negeri ini, Indonesia. Mereka yang mayoritas, dan yang masih setia dengan kesepakatan para pendiri negeri akan bentuk negara kesatuan dan dasar falsafah bangsa, dengan mereka yang ingin merubah bentuk dan system negara. Peradaban yang berbasis kearifan budaya lokal Nusantara, berbenturan dengan peradaban yang datang dari luar.  

Mengapa benturan peradaban, baik dalam skala besar atau kecil selalu terjadi? Hal ini disebabkan karena manusia yang berbeda peradaban, memandang bahwa dunia harus seperti peradaban mereka agar menjadi lebih baik dan damai. Keinginan dan pemaksaan sepihak ini membuat konflik antar peradaban menjadi tidak terelakan.

Sama seperti proses alam, benturan antar spesies di muka bumi ini selalu terjadi dan tidak terhindarkan. Spesies yang berbeda berjuang untuk bertahan hidup dalam alur hukum proses seleksi alam dan mengakibatkan bentrokan sepanjang sejarah bumi. Hanya spesies yang unggul dan mampu beradaptasi dengan perubahan, yang akan bertahan dan memenangkan 'pertarungan'. Kita, sang Homo Sapiens adalah salah satu spesies yang masih bertahan dalam proses 'bentrokan' dengan spesies lain hingga saat ini.   

Pandangan bahwa 'benturan peradaban' sebagai suatu fakta yang akan selalu ada dan merupakan bagian dari proses seleksi alam, maka  membuat banyak orang berpandangan bahwa setiap upaya untuk mendamaikan "Barat" dengan "dunia Islam" pasti akan menemui kegagalan . Negara-negara Islam tidak akan pernah mengadopsi nilai-nilai Barat, dan negara-negara Barat tidak akan pernah berhasil menyerap nilai-nilai Islam yang fundamental.

Bisa jadi presiden Trump adalah salah satu orang yang percaya bahwa peradaban 'Barat' dan 'Islam' seperti proses seleksi alam. Keduanya tidak mungkin hidup berdampingan. Yang ada adalah persaingan untuk bertahan dan menang. Pandangan seperti inilah yang membuat AS tidak ramah lagi terhadap para imigran, terutama dari negara-negara Islam.

Peradaban Nusantara

Perjalanan sejarah Nusantara juga tidak lepas dari benturan peradaban dan ideologi di wilayah ini sebagai bentuk dari proses seleksi alam. Masyarakat Nusantara mengalami beberapa kali pergantian peradaban dengan system pemerintahan dan sosial budaya yang berbeda-beda.

Pada awal abad kedua, masyarakat Nusantara sepakat membentuk system kerajaan dengan ideologi Hindu. Mulai dari kerajaan Salakanagara di tanah Sunda, kemudian disusul di daerah Kalimantan dengan Kerajaan Kutai. Setelah itu system pemerintahan berganti dengan munculnya kerajaan Sriwijawa, hingga akhirnya masyarakat seluruh wilayah Nusantara berada dalam satu kekuasaan dan system pemerintahan, yaitu kerajaan Majapahit yang berideologi Hindu.

Kerajaan Majapahit yang berdiri pada tahun 1293 lahir dari sebuah proses benturan peradaban dan ideologi masyarakat Nusantara yang telah berlangsung selama berabad-abad sebelumnya. Di dalamnya juga ada pertikaian ego kesukuan, identitas dan sosial -- budaya, serta kepentingan ekonomi. Benturan dan pertikaian tersebut layaknya sebuah proses seleksi alam, dimana pada akhirnya terbentuk suatu masyarakat dengan peradaban yang baru. Dalam hal ini peradaban Majapahit yang muncul sebagai 'terpilih' dan 'pemenang'.

Namun, proses seleksi alam terus berlangsung dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahannya. Pada akhir abad ke-14 ideologi Islam hadir di Nusantara melalui para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Mereka datang, selain berdagang juga menyebarkan Ideologi Islam yang dianutnya. Mereka memperkenalkan agama baru kepada masyarakat setempat, yang menurut mereka lebih baik dibanding keyakinan setempat.

Maka, terjadilah benturan ideologi antara Islam dengan keyakinan masyarakat lokal. Fakta sejarah menunjukan bahwa masyarakat Nusantara, terutama penduduk pesisir pantai mulai menerima agama Islam dan meninggalkan keyakinannya yang dianut sebelumnya. Diawali dengan munculnya kesultanan Demak, sebagai sebuah kerajaan Islam pertama di Nusantara dengan Raden Patah sebagai rajanya, agama Islam semakin menyebar dan diterima oleh masyarakat Nusantara.

Di lain pihak, kerajaan Majapahit yang masih menguasai mayoritas wilayah Nusantara mengalami kemunduran dalam banyak hal, terutama ekonomi dan pertahanan keamanan. Raja Brawijaya, sebagai penguasa Majapahit banyak mendapat tekanan dan pertentangan, baik dari dalam Istana atau dari luar. Sang Raja juga mendapat banyak masukan dari bawahannya untuk segera menindak kesultanan Demak demi keutuhan dan wibawa Majapahit.

Namun, fakta sejarah menunjukan bahwa sang Raja tidak juga bertindak memerangi Raden Patah yang adalah anak kandungnya sendiri. Alih-alih mengobarkan perang besar yang bisa memakan banyak korban, sang Raja mengalah dan memilih menyingkir dari Istana dan meninggalkan semuanya. Raja Brawijaya telah menyadari bahwa masanya dan masa kerajaan Majapahit sudah harus berakhir.

Dan sekali lagi, seleksi alam melahirkan kerajaan Islam sebagai penguasa baru wilayah Nusantara. Demikian juga mayoritas masyarakatnya beralih keyakinan menjadi penganut agama Islam, meski mereka masih mempertahankan beberapa tradisi yang telah dijalani sebelumnya. Beralihnya keyakinan masyarakat Nusantara tersebut berlangsung secara relatif damai, tanpa  benturan fisik skala besar. Semua ini berkat peran para Wali penyebar agama Islam saat itu yang juga bersedia mengadopsi tradisi-tradisi lokal yang sudah ada, sehingga membuat masyarakat Nusantara merasa tidak ada perubahan radikal yang memaksa.

Sementara itu kedatangan bangsa Belanda yang tergabung dengan VOC pada awal abad ke-16, relatif tidak merubah bentuk ideologi yang sudah ada. Agama Islam masih terus berkembang menjadi ideologi baru masyarakat Nusantara. Sepertinya, kedatangan bangsa Belanda yang berideologi Kristen tidak tertarik untuk menyebarkan secara serius ideologi mereka ke masyarakat Nusantara. Mereka lebih tertarik secara serius dan sistematis menguasai semua komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk di bawa ke Eropa.

Maka, tidak heran jika selama tiga setengah abad wilayah Nusantara dikuasai oleh Belanda, masyrakatnya masih bisa bebas memeluk agama Islam dan Hindu. Tidak ada benturan yang berarti dengan ideologi Kristen yang dimiliki oleh pendatang Belanda, karena memang tidak ada tindakan secara masif untuk memaksakan penyebaran ideologi Kristen. Bahkan, terkesan Belanda tidak menginginkan masyarakat lokal meniru dan mengikuti budaya mereka. Hanya sebagian elite lokal saja yang diperbolehkan masuk ke lingkungan mereka. Sementara mayoritas masyarakat awam dibiarkan dengan budaya mereka sendiri.

Jadi, secara budaya dan keyakinan relatif tidak ada benturan dengan penjajah Belanda. Yang ada adalah benturan di bidang ekonomi, sosial dan politik, dimana terjadi pembatasan-pembatasan yang diterapkan oleh penjajah Belanda kepada masyrakat pribumi. Fakta sejarah menuliskan terjadi beberapa kali pemberontakan oleh masyarakat Nusantara kepada penajajah akibat ketidakadilan yang sangat timpang dibidang ekonomi, sosial dan politik.

Peradaban Indonesia

Indonesia lahir dan merdeka pun tidak lepas dari proses seleksi alam yang berlangsung secara cepat di dunia saat itu. Berkecamuknya perang dunia kedua membuat Jerman dengan Nazinya merubah dengan cepat peta peradaban Eropa, sementara Jepang merubah peta peradaban di Asia. Indonesia adalah hanya salah satu wilayah yang terdampak. Namun, dengan berakhirnya kekalahan Jepang pada perang kedua, membuat masyarakat Nusantara mampu menyeruak dan memproklamirkan kemerdekaannya, sehingga negara Indonesia pun terbentuk.

Begitu juga perjalanan bangsa Indonesia, tentunya tidak lepas dari proses seleksi alam. Rakyat negeri ini beberapa kali mengalami benturan antar sesama anak bangsa atau dengan kekuatan luar. Benturan dan perselisihan yang terjadi menimbulkan korban yang sangat besar, baik korban jiwa ataupun harta benda. Selain itu, memaksa rakyat negeri ini merubah beberapa kali bentuk dan system bernegara. Mulai dari system Perserikatan, Presidensiil dengan orde lama, orde baru dan orde reformasi saat ini.

Benturan 'peradaban dan keinginan' masih terus berlangsung, terutama dengan adanya sebagian kecil masyarakat yang menginginkan perubahan system dasar negara menjadi system kekhalifahan. Dan kita pun hanya bisa menduga-duga, ke arah mana nasib Indonesia akan terbawa.

Penutup

Sebagai bagian dari proses seleseksi alam, maka benturan dan perselisihan akan selalu ada. Perubahan akan terjadi secara terus menerus. Keberadaan suatu peradaban tidaklah kekal. Hanya sementara. Yang kekal dan abadi adalah perubahan alam itu sendiri. Jadi, kalau hanya perubahan alam yang abadi, maka hanya perubahan atau proses seleksi alam itulah yang ada. Dan ini berakibat bahwa yang namanya peradaban menjadi tidak bermakna.

Yang disebut peradaban Nusantara adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat Nusantara. Kekristenan adalah segala hal yang dibuat dan dilakukan oleh orang Kristen. Peradaban Islam adalah segala sesuatu yang dibuat dan dilakukan oleh orang Islam, dan lain-lain.

Sementara yang dimaksud suatu peradaban adalah sekelompok masyarakat yang membentuk indetitas tertentu, ditempat tertentu dan memiliki kebudayaan yang tinggi. Masyarakat sebagai pembentuk peradaban ini selalu mengalami perubahan sebagai akibat proses seleksi alam. Maka, tidak diragukan lagi, kelompok-kelompok masyrakat dengan segala macam peradabannya, hanyalah bagian dari satu PERADABAN GLOBAL yang terus menerus berubah dan selalu gaduh. Sekian.

Sumber Inspirasi: Yuval Harari - Civilisation

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun