Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tuhan Alam Semesta atau Alam Semesta itu Tuhan?

11 Maret 2018   14:38 Diperbarui: 14 Maret 2018   13:27 5564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:vonvon.id

Dari berbagai jenis atom kemuadian membentuk berbagai macam molekul. Gabungan molekul membentuk berbagai macam senyawa, salah satunya adalah senyawa organik. Bahan-bahan organik yang terbuat dari atom Carbon, Hidrogen, Oksigen dan Nitrigen (C, H, O, N) ini yang menjadi cikal bakalnya dan media bagi terbentuknya sel tunggal yang hidup.

Melalui proses evolusi yang panjang dan rumit, lahirlah berbagai macam mahkluk hidup, dan manusia adalah salah satunya.

Kalau dilihat dari sudut pandang science, maka alam semesta ini muncul begitu saja dari 'kekosongan ruang-waktu', atau muncul dari 'ketiadaan'. Science belum bisa menjelaskan lebih jauh dikarenakan hukum-hukum fisika, terutama hukum kuantum-gravitasi tidak bisa diterapkan pada saat alam semesta berumur 10^-43detik. Jadi kejadian alam semesta pada waktu sebelum 0 detik dan pada saat 0 - 10^-43 detik, belum bisa dijelaskan sampai sekarang.

*****

Jadi, memang ada perbedaan mendasar mengenai cara pandang alam semesta ini, antara para agamawan dan dogmanya, dengan para fisikawan dengan teori dan ekserimennya. Bahkan keduanya sebenarnya tidak bisa disandingkan untuk diadu kebenarannya.

Bagi agamawan sudah jelas bahwa Tuhanlah yang mencipta alam semesta ini dan Dia berada di luar ciptaanNya. Pandangan dogma seperti ini merupakan sebuah 'dokumen ilahi' yang bersifat final dan tidak boleh diuji atau disanggah oleh siapapun. Manusia hanya boleh percaya, meyakini dan kemudian menerima, atau menolak sama sekali dan meninggalkan keyakinan tersebut.

Sementara pandangan fisikawan, alam semesta ini terjadi dengan sendirinya. Meski begitu, pandangan ilmuwan terhadap alam semesta adalah seperti karya ilmiah yang bisa dan harus diuji kebenarannya. Kalau karya tersebut ternyata salah, wajib untuk dikoreksi. Maka, tidak heranlah kalau pengetahuan tentang alam semesta terus mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu.

*****

Meski pandangan antara kaum agamawan dan ilmuwan mengenai Tuhan dan Alam semesta berbeda dan tidak bisa disatukan, namun sejatinya bisa dibuatkan jalan tengahnya.

Sebenarnya istilah bahwa alam semesta ini diciptakan tidaklah tepat. Sesuatu yang diciptakan mestilah ada benda-benda sebelumnya sebagai bahan untuk membuat ciptaan. Misalnya, mobil diciptakan dari bahan yang sudah ada, yaitu besi, kaca, karet, aluminium dan lain-lain. Begitu juga kertas yang diciptakan dari bahan kayu. Boleh dikata semua barang ciptaan selalu berasal dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.

Kalau ada sesuatu yang diciptakan dari ketiadaan, maka sesuatu itu disebut dilahirkan, bukan diciptakan. Seperti bayi dikatakan dilahirkan. Meski kita tahu proses terciptanya bayi, namun karena secara pengamatan mata telanjang, bayi keluar dari rahim yang semula kosong, maka kehadiran seorang bayi dikatakan dilahirkan, bukan diciptakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun