Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Golden Rule", Peredam Radikalisme Beragama

14 Februari 2018   08:49 Diperbarui: 14 Februari 2018   09:01 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, konflik-konflik yang timbul, khususnya konflik sektarian yang berhubungan dengan agama dan keyakinan di berbagai belahan bumi ini, sejatinya adalah 'perebutan pengakuan akan klaim kebenaran'. Yang terjadi pada awalnya adalah paham eksklusif radikal memaksakan kebenaran versinya kepada pihak lain, sekaligus menyatakan pihak lain tersebut salah dan sesat.

Apabila paham eksklusif radikal berhadapan dengan paham inklusif atau pluralis, memang akan sulit untuk langsung terjadi benturan kekerasan. Hal ini disebabkan pihak inklusif dan pluralis akan cenderung bisa menahan diri untuk menghindari kekerasan dan lebih mengedepankan dialog. Namun, bila sesama paham eksklusif radikal berbenturan, maka benturan kekerasan akan cepat terjadi dan meluas.

Bisa dikata, tidak ada konflik antar agama atau antar aliran. Yang ada adalah konflik pemaksaan paham kebenaran ajaran kepada pihak lain. Konflik paham eksklusif radikal dengan inklusif atau pluralis dan yang berbahaya adalah konflik antar sesama ekslusif radikal. Sementara agama dijadikan alat untuk memperbesar skala konflik.

Sebenarnya untuk mencegah atau mengurangi konflik antar agama atau aliran, bisa dilakukan bila masing-masing agama atau aliran mau merubah paham eksklusif menjadi paham inklusif. Dengan paham inklusif ini, mereka menerima kebenaran agama lain, namun masih berhak mengklaim bahwa agamanya paling benar sendiri. Aliran yang bersifat inklusif cenderung untuk tidak menyesatkan, mengkafirkan dan membidahkan aliran lain.

Selain itu ada hukum universal yang bisa dijadikan acuan dalam hubungan antar sesama, yaitu aturan emas atau golden rule yang berbunyi, 'Perbuatlah kepada orang lain, seperti kamu inginkan orang lain berbuat kepadamu'. Dan juga 'Janganlah berbuat kepada orang lain, seperti yang tidak kamu inginkan orang lain berbuat kepadamu'.

Seandainya orang-orang berlomba-lomba menerapkan prinsip golden ruledalam hubungan dengan sesama, maka konflik antar sesama akan semakin bisa dihindari. Apalagi, sejatinya keyakinan seseorang adalah urusan vertikal pribadi dengan Tuhan, dan yang berhak menilai benar atau salah hanyalah Tuhan. Orang lain tidak berhak menilai keyakinan seseorang, karena penilaiannya pastilah tidak obyektif, tapi subyektif berdasar tafsir si penilai.

 Yang bisa dinilai oleh orang lain, hanyalah amalan atau perbuatan di dunia ini. Karena perbuatan bisa dilihat dan dirasakan oleh orang lain. Perbuatan sesorang adalah refleksi dari keyakinannya. Untuk itu, terus berbuat baik kepada sesama dan sekitar, dan jadikan sebagai sarana dakwah agama atau ajaran. Tidak sekedar ujaran-ujaran ayat-ayat suci saja, tanpa perbuatan baik. Sekian.

Silahkan klik di sini untuk artikel saya yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun