"Tidak Mungkin aku," kata Dio dalam hatinya.
Tidak sabar niro dan Dio untuk mendengarkan jawaban dari peri Vio.
" Apakah kalian tahu jika Kakek tua itu adalah aku, anak burung yang jatuh kesakitan itu aku dan anak yang kelaparan itu aku?" kata Peri Vio. Tangan kanannya masih memegang tongkat ajaibnya.
"Apa! Benarkah itu Peri Vio?" tanya Niro kaget.
"Ya, dengan tongkat ajaib ini aku bisa merubah diriku menjadi apapun yang aku mau. Di sepanjang perjalanan tadi aku telah menguji kehebatan kalian berdua. Kalian saja yang tidak menyadarinya" kata Peri Vio. Wajahnya penuh senyum.
"Hai Niro. Kamu memang kuat. Tapi sama sekali kamu tidak hebat. Tak sedikitpun mempunyai rasa belas kasih, tak mau menolong yang terkena musibah dan terkesan sombong. Untuk apa kekuatanmu jika tidak kau pergunakan untuk berbuat kebaikan?" Kata Peri Vio panjang lebar.
"Dan kau Dio. Kamu benar-benar hebat. Hatimu benar-benar penuh kasih sayang. Tenagamu yang kecil, badan mu yang mungil kau gunakan untuk menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan," kata Peri Vio.
"Untuk kalian berdua. Kurcaci yang Hebat adalah Kurcaci yang mau menolong siapa saja yang membutuhkan tanpa imbalan, tanpa takut kotor, tanpa pilih-pilih siapa yang akan di tolongnya. Kurcaci Hebat adalah siap membantu siapa saja dan kapan saja," kata Peri Vio lagi.
"Aku mengerti Peri. Maafkan aku yang telah sombong. Maafkan aku juga ya Dio, aku sering mengejek dan menghinamu" kata Niro penuh penyesalan.
Niro dan Dio berpelukan. Ditelinga Niro Dio berbisik.
"Aku telah memaafkanmu Niro,"