" Tentu saja Dia yang terlihat kuat yang aku mintai tolong. Tenaganya terlihat sangat beris,i" kata anak burung lagi. Matanya menatap ke arah Dio.
" Apa? Kenapa harus aku? Tidak! Aku tidak mau. Tenagaku tidak untuk menolong anak burung jelek seperti kamu. Lagipula nanti badanku akan lecet dan bajuku akan terkena getah pohon jika aku memanjat dan mengembalikanmu ke sarang. Kamu saja Dio" kata Niro. Wajahnya terlihat sangat sebal.
"Baiklah, aku akan mengembalikan anak burung malang ini kesangkarnya. Kasian dia sendirian disini," kata Dio. Lalu memanjat pohon dengan susah payah.
Setelah Dio mengembalikan anak burung ke sarangnya, mereka melanjutkan perjalanan lagi.
Hampir sampai mereka di ujung jalan. Mereka dikejutkan dengan buah apel yang jatuh. Buah apel yang lumayan besar.
"Wah! Ada apel jatuh," kata Dio.
Mereka berdua berlari menuju pohon apel. Apel yang lumayan besar.
"Bagaimana kalau kita bagi dua apel ini?" kata Dio
"Boleh, kita bagi dua saja. Lumayan untuk mengisi perut kita yang mulai lapar," kata Niro. Lalu apel itu dibagi dua sama besar.
Baru saja mereka akan memakan buah apel itu, tiba-tiba di depan mereka muncul kurcaci kecil yang yang terlihat sangat kelaparan.
"Kakak kurcaci, bolehkah aku minta apelnya? Aku lapar," kata kurcaci kecil.