Pulau Bali merupakan salah satu wilayah yang ada di Indonesia yang terkenal akan
kebudayaan dan adatnya yang adi luhung. Kebudayaan yang ada di Bali khususnya seni tarinya
menjadi daya tarik tersendiri. Seiring dengan perkembangan jaman budaya terus mengalami
perkembangan karena masyarakatnya yang terus melakukan berbagai inovasi, di Bali sendiri masyarakatnya berhasil dalam menjaga tradisinya dan terus mengembangkan inovasi-inovasibaru sehingga budaya yang dimiliki tetap bertahan di mata dunia dan tidak tergerus oleh zaman.
Selain itu bali juga terkenal akan konsep Tri Hita Karanya dimana masyarakat Bali mampumenyeimbangkan hubungan antara tuhan dengan manusia, manusia dengan manusia danmanusia dengan lingkungannya sehingga budaya yang dimiliki masyarakatnya tetap ajeg.
Salah satu budaya Bali yang sering ditampilkan adalah seni tarinya, dimana salah satuseni tari yang kental akan budaya alkuturasinya adalah Barong. Barong merupakan salah satutarian sakral yang ditarikan pada saat upacara agama hindu di Bali. Menurut Bandem barongadalah topeng yang berwujud binatang mitologi yang memiliki kekuatan gaib dan dijadikanpelindung masyarakat Bali (Ni Made Ayu Erna, 2020:276). Barong itu sendiri terdiri daribeberapa jenis seperti barong bangkal, barong landung, barong lembu, barong gajah dan jenisbarong lainnya. Barong merupaka simbolisasi dharma sebagai pelindung umat hindu di Bali.
Berbicara mengenai barong, salah satu jenis barong yang ada di Bali adalah baronglandung. Barong landung merupaka perwujudan Sri Jayapangus yang merupakan raja penguasaBali kuno yang dijadikan simbol harmonisasi antara kebudayaan Bali dan kebudayaanTionghoa. Barong Landung, dilihat dari namanya, memiliki bentuk yang tinggi. Landungberarti tinggi. Wujudnya berupa manusia dengan tinggi bisa mencapai 3 meter. BarongLandung banyak dijumpai disekitar Bali Selatan, seperti Badung, Denpasar, Gianyar, Tabanan.Barong landung ini digunakan untuk sarana pemujaan dewa (tuhan) yang sering kita sebutpratima/pralingga. Barong ini juga diyakini akan memberikan perlindungan kepada masyarakatyang ada di Bali.
Alkuturasi merupakan percampuran dua atau lebih kebudayaan membentukkebudayaan baru tanpa meninggalkan kebudayaan aslinya. Dalam kehidupan sehari-harikhususnya kita sebagai umat beragama hindu di Bali, alkuturasi ini dapat kita lihat pada baronglandung. Barong landung ini mengalamai alkuturasi antara kebudayaan Bali dan kebudayaanTionghoa. Alkuturasi ini berawal ketika pemerintahan raja Sri Jayapangus yang memerintah dikerajaan Balikang. Di masa pemerintahannya kehidupan rakyatnya sangat tentram danmakmur, isu kemakmuran ini sampai terkenal di negeri Tionghoa yang membuat pedagangTionghoa berbondong-bondong datang untuk membangun relasi dengan raja Jaya Pangus.Disinilah raja Jaya Pangus menemukan wanita Tionghoa dambaannya bernama Kang Cing We, kemudian meminang putri saudagar tersebut untuk menjadi permaisurinya.
Dari pernikahan tersebut, selama bertahun-tahun raja Jaya Pangus pun belum dikaruniaiÂ
seorang buah hati yang menyebabkan kesedihan yang begitu mendalam dari pihak kerajaanÂ
Balikang, karena sejak saat itu hampir setiap tahunnya perayaan ditiadakan. Maka dari itu rajaÂ
Jaya Pangus memutuskan untuk pergi berkelana memperoleh pencerahan. Perjalananpun diÂ
mulai, dalam perjalanan raja Jaya Pangus terdampar di kaki Gunung Batur dan disana iaÂ
memutuskan untuk melakukan meditasi. Kehadiran raja Jaya Pangus ini memikat hati seorangÂ
dewi bernama Dewi Danu. Dewi Danu ini menggoda raja Jaya Pangus saat melakukan meditasiÂ
hingga raja Jaya Pangus tergoda dan memutuskan untuk meminang Dewi Danu.
Waktupun berlalu, bertahun-tahun Kang Cing We menanti kepulangan raja JayaÂ
Pangus hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyusul suaminya. Hingga suatu ketika iaÂ
terdapar ditempat raja Jaya Pangus dahulu terdampar, disana ia menemukan seorang anak yangÂ
tidak lain adalah keturunan dari raja Jaya Pangus dan Dewi Danu. Mengetahui hal tersebut,Â
Kang Cing We tidak terima dengan kenyataan tersebut dan menyerang dewi danu hinggaÂ
timbul peperangan yang sengit. Akhirnya raja Jaya Pangus memilih untuk melindungi KangÂ
Cing We dari serangan Dewi Danu karena cinta dari permaisuri pertamanya itu tak akanÂ
tergantikan dan akhirnya Dewi Danu mengutuk Kang Cing We dan raja Jaya Pangus menjadiÂ
patung.Â
Dengan dikutuknya Kang Cing We dan raja Jaya Pangus menjadi patung, membuatÂ
luka mendalam bagi kerajaan Balikang. Pemerintahan di kerajaan Balikang diteruskan olehÂ
keturunan dari raja Jaya Pangus dan Dewi Danu. Dewi Danu berpesan kepada rakyat kerajaanÂ
Balikang untuk tetap menghormati mendiang raja Jaya Pangus dan Kang Cing We. KeduaÂ
sosok inilah yang dianggap sebagai simbolisasi cinta sejati dan pelindung. Nah, dari cerita iniÂ
kemudian masyarakat kita menyimbolkan keagungan raja Jaya Pangus dan Kang Cing WeÂ
dalam bentuk barong landung.
Pada dasarnya alkuturasi ini terjadi apabila terjadi percampuran budaya yang berbeda tanpaÂ
meninggalkan budaya aslinya. Sejarah lahirnya barong landung yang merupakan salah satuÂ
alkuturasi buda di Bali, tidak terlepas dari adanya pernikahan raja Jaya Pangus dengan putriÂ
pedagang Tiongkok Kang Cing We yang notabene memiliki kebudayaan yang berbeda. DariÂ
dua kebudayaan ini membentuk sebuah kebudayaan baru akan tetapi masih tetapÂ
mempertahankan kebudayaan aslinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H