Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Momen Pembagian Rapor Kehilangan "Kesakralannya"

25 Juni 2024   14:45 Diperbarui: 25 Juni 2024   14:55 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi penerimaan rapor di sebuah sekolah (Sumber gambar: sieedo.com)

Sehingga idealnya, orang tua pengin tahu sejauh mana prestasi anak yang merupakan asset keluarga itu. Termasuk pula hal apa yang harus dibenahi atau ditingkatkan.

Namun menilik dari sikap beberapa orang tua tersebut, saya ambil kesimpulan mereka tidak peduli pada masa depan anak. Kalaupun ada kepedulian, ya kepedulian untuk mengambil rapor saja.

Jerih payah para guru selama satu semester membimbing, melatih, menguji anak tidak dianggap sama sekali. Buktinya, mereka tidak ingin tahu hasilnya.

Bahkan terkadang saat rapor dikembalikan, belum ditandatangani orang tua sama sekali.

Hilangnya peran sakral sebuah rapor

Kejadian ini tidak akan pernah terjadi beberapa puluh tahun yang lalu. Saat literasi masyarakat belum setinggi sekarang. Saat itu justru rasa kepo orang tua terhadap hasil belajar anak tinggi sekali.

Bahkan tidak jarang orang tua marah saat menemukan nilai 'merah' yang tercantum di rapor anak mereka.

Demikian  pula pada diri anak. Mereka merasa malu dengan nilai merah yang ada di rapornya. Apalagi nilai merah tersebut tidak akan terhapus dari buku rapor itu. Sehingga nilai tersebut tak ubahnya sebuah prasasti bagi anak itu sendiri.

Dampak positifnya. Anak akan belajar sekuat tenaga agar tidak ada satu pun nilai merah di rapornya. Bagi mereka nilai merah ibarat aib bagi Sejarah kehidupan mereka.

'Murahnya' nilai dalam rapor mungkin menjadi salah satu penyebab

Hal yang berbeda antara rapor sekarang zaman dahulu adalah deretan angka yang tersaji. Dalam rapor sekarang, jangan pernah membayangkan nilai merah atau tidak tuntas pada anak-anak kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun