Sejalan dengan pemberlakuan Kurikulum Merdeka, pemerintah dalam hal ini Kemdikbudristek pun melakukan perekrutan para Guru Penggerak. Pemerintah menargetkan sekitar 500 ribu guru penggerak yang akan menjadi penjaga garda depan Kurikulum Merdeka.
Hingga hari ini, perekrutan Guru Penggerak telah memasuki Angkatan ke-11. Hingga seleksi tahap kedua berakhir, terjaring 31.072 kandidat guru penggerak Angkatan ke-11.
Hasil dari rangkaian pelatihan ini, kini bertebaran ribuan guru penggerak di tiap sekolah. Bekal yang mereka dapatkan selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, membuat mereka jauh berbeda dengan guru-guru lain.
Sisi perbedaan inilah yang nantinya akan menjadi nilai tambah bagi mereka yang membawa predikat Guru Penggerak. Bukan hal yang aneh karena selama proses Pendidikan, mereka dibekali berbagai ilmu untuk menjadi guru terdepan.
Gap antara Guru Penggerak dan Non-Penggerak
Saat harus terjun di sekolah, diakui atau tidak, terjadilah gap antara dua golongan ini. Guru penggerak dengan segala kelebihannya, sedangkan  para guru non penggerak berpegang pada ilmu yang selama ini mereka miliki.
Kondisi paling parah dialami para guru senior. Berbagai keterbatasan yang mereka miliki, membuatnya tertatih-tatih mengikuti irama gerak langkah perubahan. Pengetahuan kuno mereka akan Pendidikan, tidak cukup untuk mengikuti perkembangan zaman.
Pada akhirnya tidak sedikit mereka yang merasa tersisih. Sementara para guru penggerak dengan segala kelebihannya, melenggang dengan nyaman di perubahan Pendidikan ini.
Itulah kondisi riil di dunia Pendidikan. Diakui atau tidak, muncul segmentasi di antara para guru di sekolah.
Empat Kompetensi yang Harus Dipenuhi oleh Seorang Guru
Berbicara tentang sosok guru yang ideal, mau tidak mau harus mengacu pada 4 kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Kompetensi itu mulai dari kompetensi pedagogic, kepribadian, sosial, dan professional.
Idealnya 4 kompetensi itu harus dipenuhi oleh seorang guru. Namun jelas hal yang sulit. Maka paling tidak seorang guru harus mampu mendekatinya.
Untuk kompetensi professional, bagi Guru penggerak hal ini bukan sesuatu yang sulit. Bekal yang diperoleh selama 6 bulan Pendidikan sudah mencukupi. Mereka tinggal mengembangkannya.
Namun  untuk 3 kompetensi yang lain, bukan hal yang mudah untuk mencapainya. Sebab ketiga kompetensi itu lahir melalui proses yang panjang. Dan tanpa bermaksud mengecilkan, jam terbang pun menjadi salah satu persyaratan.
Hanya mengandalkan profesionalitas tanpa diimbangi kepribadian, jelas sulit. Prinsip ing ngarsa sung tuladha, menuntut seorang guru mampu menjadi panutan.
Demikian juga dengan kompetensi pedagogic. Kompetensi ini tercapai bukan hanya sekedar teori yang dikuasai, tapi juga implementasi di lapangan, dalam hal ini dalam proses pembelajaran.
Sementara kompetensi sosial terkait dengan relasi guru tersebut dengan lingkungan. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan baik, akan sangat membantu sang guru itu sendiri.
Pada akhirnya tidak sesuatu pun yang sempurna di dunia ini. Sebab, semua saling terkait. Mensinergikan semua komponen yang ada menjadi salah satu cara untuk mendekati kesempurnaan tersebut.
Lembah Tidar, 15 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H