Baru-baru ini dalam sebuah acara talkshow di Metro TV muncul komentar nyinyir dari Hendri Satrio terhadap Shin Tae-yong. Hendri Satrio sendiri bukan orang biasa, dia adalah sosok yang begitu piawai dalam mengupas perpolitikan. Acara ini dilaksanakan setelah Indonesia gagal meraih tiket Olimpiade 2024.
Dalam acara dengan tajuk 'Emosi Naturalisasi' tersebut, selain Hendri Satrio hadir pula Hamdan Hamedan, sosok di balik rangkaian proses naturalisasi, serta Bung Towel, sosok yang selalu mengkritisi Shin Tae-yong.
Dalam acara tersebut Hamdan Hamedan menyampaikan latar belakang Shin Tae-yong menambah pemain naturalisasi. Disampaikan oleh Hamdan tujuan Shin Tae-yong adalah peningkatan posisi, menembus Piala Asia, hingga bersaing memperebutkan tiket Olimpiade 2024.
Jawaban inilah yang disahut oleh Hendri Satrio.
"Ya kalau gitu, kita (Indonesia) ga juara-juara lah. Karena peningkatan itu dianggap prestasi," sahut Hendri Satrio.
"Saya juga menilainya memang strategi Shin Tae-yong pragmatis sekali. Dia naturalisasi, dia menang. Tapi masalahnya piala (juara) juga belum datang-datang," lanjut Hendri.
Ucapan ini memancing reaksi dari beberapa kalangan. Hendri Satrio dianggap tidak mempunyai pengetahuan cukup tentang sepak bola. Kalau yang menyampaikan hal ini Bung Towel, public bisa saja menerima.
Namun ucapan ini muncul dari seseorang yang sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan sepak bola. So, kredibilitasnya patut dipertanyakan.
Jika Hendri memandang 'peningkatan' bukan dianggap sebuah prestasi, hal ini salah besar. Sebab semua pasti melalui proses. Sebuah tim pada suatu ketika hanya mampu menjadi penggembira, kemudian pada tahun berikutnya mampu lolos dari fase grup, itu juga sebuah prestasi.
Demikian pula, sebuah tim yang tidak dipandang sama sekali di awal turnamen. Namun tim tersebut mampu menembus babak semifinak, apakah ini bukan prestasi?
Di sinilah blundernya Hendri Satrio. Dalam bidang politik saja sebuah partai yang pemilu lalu hanya mengantongi 10% perolehan suara, kini menjadi 13% itu kan juga sebuah peningkatan alias prestasi. Ini hanya sebuah analogi.
Kemudian, memimpikan dari sebuah turnamen besar sekelas Asia. Jelas ini mimpi di siang bolong. Jangankah Indonesia, Korea Selatan yang merupakan jago sepak bola Asia saja tidak mampu. Malahan mereka kalah dari Indonesia di Piala Asia U-23 2024.
Maka tidak salah jika PSSI hanya menargetkan timnas Indonesia U-23 hanya tembus 8 besar. Ini sebuah sikap PSSI 'sadar posisi'. Namun jika PSSI langsung targetkan juara, bisa-bisa PSSI 'dirujak' kiri kanan.
Berkaca dari ucapan Hendri Satrio ini, menjadi pertanyaan lalu yang salah siapa sih. Acara mengupas sepak bola, e yang diundang pengamat politik. Ayak-ayak, wae!
Lembah Tidar, 12 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H