Kekalahan dari Guinea 0-1 tadi malam, Kamis (9/5/2024) menutup impian timnas Indonesia U23 untuk meraih tiket Olimpiade 2024. Gol penalti akibat pelanggaran Witan Sulaeman pada menit ke-29 menjadi penutup petualangan seru Garuda Muda dalam satu bulan terakhir.
Kesempatan mengikuti play-off menjadi kesempatan terakhir bagi timnas Indonesia untuk meraih tiket Olimpiade Paris 2024. Dua kesempatan sebelumnya telah terlewatkan. Kalau dikatakan tantangan tadi malam berat, itulah konsekuensinya.
Namun jika melihat statistic yang ada, timnas Indonesia U23 tidak perlu berkecil hati. Sebab timnas Indonesia U23 mengungguli meski tipis dalam ball possession, 51%. Namun dalam peluang tembakan ke gawang, timnas Indonesia jauh tertinggal.
Berkaca dari hasil minor tadi malam, setidaknya ada 3 (tiga) hal yang menjadi penyebab kekalahan tersebut.
Faktor Kelelahan yang Didera para Pemain
Tidak dapat dimungkiri, faktor inilah yang paling dominan. Sebab sebulan lebih para pemain harus melalui rangkaian pertandingan yang melelahkan sejak pemusatan Latihan hingga pertandingan tadi malam.
Jika dihitung dengan pertandingan uji coba, setidaknya para pemain telah melalui 8 kali pertandingan dengan intensitas tinggi. Pertandingan terbagi dalam 2 kali uji coba, 6 kali di ajang Piala AFC U23, dan 1 kali babak play-off.
Jumlah pertandingan ini terhitung luar biasa. Dapat diibaratkan tak ubahnya sebuah kisah petualangan. Dari tim yang tidak diperhitungkan hingga mempunyai peluang tampil di Olimpiade.
Secara statistic, puncak penampilan timnas Indonesia U-23 terjadi saat menghadapi Korea Selatan. Laga yang begitu sengit harus diakhiri dengan drama adu penalty.
Saat harus menghadapi Uzbekistan, performa timnas mulai menurun. Demikian juga dengan saat berhadapan  dengan Irak.
Maka pantas jika laga tadi malam boleh dibilang Indonesia tampil dengan sisa kekuatan saja. Itupun sempat merepotkan Guinea.
Shin Tae-yong Tampil Bukan dengan Kekuatan Terbaiknya
Berbeda dengan laga yang dijalani di Piala AFC U23, kali ini Shin Taeyong tampil dengan pasukan yang compang-camping. Dua benteng andalannya harus absen. Mereka adalah Justin Hubner dan Rizky Ridho.
Sementara upaya mendatangkan bala bantuan, terbukti tidak sepenuhnya berhasil. Hanya Alfreanda Dewangga yang bisa memenuhi panggilan Shin Taeyong. Justin Hubner ditahan oleh klub sedangkan Elkan Baggott tidak ada kabar.
Maka wajar jika Shin Taeyong tampil dengan pasukan daruratnya. Hal ini tampak di lini belakang, hingga Bagas Kaffa pun harus diturunkan maupun Komang Teguh.
Nathan Tjoe-A-On yang biasanya bermain  di tengah, dipaksa bermain di lini pertahanan. Hasilnya tidak terlalu maksimal meski sempat melakukan beberapa penyelamatan penting.
Cawe-cawe Wasit yang Terlalu Sering
Lepas dari anggapan mencari kambing hitam, kenyataan inilah yang terjadi. Hampir dalam setiap laga yang dilakoni timnas Indonesia U-23 selalu ada cawe-cawe wasit di dalamnya. Hal ini terlihat sejak laga pertama.
Dalam laga semalam pun terlihat betapa sang pengadil berpihak pada Guinea. Hukuman penalty yang diberikan jika diamati tidak tepat. Pelanggaran Witan Sulaeman terjadi di luar kotak penalty. Demikian pula apa yang dilakukan Dewangga. Maka wajar jiika Shin Tae-yong ngamuk-ngamuk dan berujung pada kartu merah.
Di sisi lain, pelanggaran keras pada Witan Sulaeman tidak mendapat hukumuan. Perilaku pemain Guinea yang sengaja mengulur-ulur waktu pun dibiarikan.
Sementara itu, di ajang Piala AFC U23 cawe-cawe wasit lebih parah lagi. Mulai dari kartu merah kontroversial, hukuman penalty tidak jelas, hingga gol yang dianulir.
Namu napa pun yang terjadi, apa yang diraih Garuda Muda tetap layak diapresisasi. Mereka mampu terbang di luar ekspetasi siapa pun. Berjuang memperebutkan tiket Olimpiade 2024 di tahun ini jelas tak terbayang di benak siapa pun.
Lembah Tidar, 10 Mei 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI