"Pokoknya kamu harus berusaha bagaimana caranya agar dia mau menerima kamu lagi. Titik!" kata Pak Warno pada Erwin, anaknya.
"Tapi, sulit, Pak."
"Sulit? Belum juga kamu coba."
"Tapi, Erwin sudah kebayang sulitnya," bantah Erwin.
"Lha, lihat bapakmu ini. Berkali-kali ditolak, maju terus. Akhirnya, berhasil," bela Pak Warno.
"Bapak sih mental badak," jawab Erwin asal.
"Hehe ... memang harus begitu. Yang penting hasilnya," kata Pak Warno terkekeh.
Percakapan antara Erwin dengan Pak Warno di ruang tamu seru sekali. Berkali-kali Pak Warno meyakinkan pada Erwin untuk kembali pada mantannya, tetap ditolak. Alasan Erwin selalu sama, dia takut ditolak. Tahu sendiri kan, ditolak itu sakit rasanya.
"Lha kalau kamu nggak mau nyoba, terserah. Kamu bakal terombang-ambing dalam ketidakpastian." Pak Erwin menyerah.
"Yah, aku coba," sahut Erwin lemas.
"Nah, gitu. Ini baru namanya anak bapak. Kalau perlu, tambahin dengan nangis dan merengek-rengek. Hehe... kaya film India itu, lho." Kali ini Pak Warno nampak lega.
*****
Hari yang ditunggu pun tiba. Erwin tampak duduk di ruangan. Tangannya sibuk bermain gawai untuk menghilangkan rasa groginya.
"Jadi kamu balik?" tanya perempuan yang tiba-tiba berdiri di depan Erwin.
Erwin hanya mengangguk. Mulutnya masih sulit untuk berbicara.
"Lalu apa jaminannya?'
"Saya akan perbaiki semua kesalahan saya."
"Semudah itu?"
"Yah, saya harus bilang apa lagi?" kata Erwin lemah.
"Dulu kamu juga begitu."
"Kali ini tidak lagi."
"Berani sumpah?" tantang perempuan itu.
"Demi Allah," jawab Erwin mantap. Ada nada lega dalam suaranya. Dia harap permintaanya untuk kembali dikabulkan.
"Oke, aku terima. Tapi janji, aku tidak mau lagi seperti dahulu selalau ceroboh. Mulai besok kamu supiri lagi mobilku. Ini kuncinya!" Tangan perempuan itu mengulurkan kunci mobil Brio ke arah Erwin.
Lembah Tidar, 18 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H