Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kecelakaan Lalu Lintas Marak, Salah Siapa?

1 September 2022   08:32 Diperbarui: 1 September 2022   08:39 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang kemarin kabar pilu datang dari wilayah Bekasi. Sebuah truck tronton mengangkut puluhan ton besi, tanpa terkendali menabrak kerumunan orang di depan sebuah SD. Akibatnya 11 nyawa harus melayang dan puluhan orang menjadi korban. Pilunya lagi 7 korban adalah anak-anak usia 7 -- 8 tahun yang seharusnya masih menikmati dunia anak-anak.

Kabar ini sontak memancing reaksi berbagai pihak akan maraknya kecelakaan lalu lintas akhir-akhir ini yang menelan begitu banyak korban. Kendaraan berat dan transportasi umum menjadi penyumbang terbanyak berbagai tragedi ini. Sehingga puluhan bahkan ratusan nyawa harus meninggal dengan sia-sia.

Sebenarnya pasca mudik tahun ini telah ada berita menggembirakan dari Kementerian Perhubungan. Kabar itu adalah penurunan angka kecelakaan yang begitu drastis selama kegiatab mudik dan arus balik berlangsung. Kabar ini tentu saja menjadi sesuatu yang menggembirakan. Namun apa mau dikata, justru setelah lebaran, berbagai kecelakaan seakan antri berderet di ruang publik.

Beberapa kecelakaan yang terjadi menimpa kendaraan transportasi umum, yang otomatis memuat banyak orang di dalamnya. Sedangkan sebagian kalian adalah kendaraan berat yang karena sesuatu hal kehilangan kendali sehingga menabrak segala hal yang ada di sekitarnya.

Berkaitan dengan kendaraan transportasi umum dan kendaraan berat secara umum ada 2 faktor penyebab utama. Pertama adalah kelalaian pengemudi seperti bis wisata yang mengalami kecelakaan saat pulang ke Surabaya. Sedangkan yang kedua adalah kelaikan kendaraan tersebut. Biasanya hal ini berkaitan dengan kegagalan pengereman pada kendaraan tersebut.

Faktor pertama tentang kelalaian pengemudi, rasanya ini menjadi sebuah potret buruk sebagian sopir-sopir kita. Sikap sembrono dalam mengemudi termasuk mengkonsumsi benda-benda tertentu sebelum mereka mulai mengemudi, menunjukkan betapa lemahnya tanggung jawab mereka dalam mengemudi. Sebab gegara hal-hal ini, bukan tidak mungkin sebuah tragedi mengerikan akan menimpa para penumpangnya.

Akibat yang terjadi adalah berbagai kecelakaan yang terjadi dengan melibatkan puluhan korban. Saat dilakukan investigasi terungkap bahwa sang sopir sembrono dalam mengemudi atau mengkonsumsi benda-benda tertentu sebelum mengemudi.

Faktor kedua, berkaitan dengan kelaikan kendaraan. Tak dapat kita mungkiri bahwa faktor pengereman menjadi penyebab yang paling sering terjadi.

Padahal rem menjadi satu-satunya pengaman bagi sebuah kendaraan. Saat sebuah kendaraan berat atau transportasi umum meluncur baik di jalur menurun ataupun tanjakan kehilangan fungsi pengereman, dapat dipastikan kecelakaan pun akan terjadi. Dan inilah yang terjadi belakangan ini.

Jika hal ini terjadi maka siapakah yang harus kita salahkan. Menyalahkan kendaraannya, jela tidak mungkin. Karena ia hanya barang mati yang dioperasikan oleh manusia.

Oleh karena itu sorotan tajam seharusnya tertuju pada tiga pihak, sopir, pemilik kendaraan, dan aparat penegak hukum.

Jika ketiga pihak ini mampu menjalankan peran dengan baik, maka berbagai kecelakaan tidak akan terjadi, dan pulujan bahkan ratusan nyawa akan terselamatkan.

Sopir sebagai orang pertama dalam sebuah kendaraan, seharusnya teliti dan disiplin dangan segala hal berkaitan dengan kendaraan yang dibawanya. Pengecekan terhadap semua perangkat yang ada menjadi hal yang vital. Sedikit ada keanehan, seharusnya harus dibenahi. Apalagi jika menyangkut hal berkaitan dengan keselamatan. Demikian pula dalam disiplin saat mengemudi.

Namun dalam kenyataannya, hal itu tidak selalu terjadi. Ada sebagian oknum sopir yang dengan santai saja melajukan kendaraannya, meski secara kasat mata ada yang tidak beres dengan kendaraan yang dibawanya. Demikian pula dalam perilaku mengemudi. Dengan tanpa mempedulikan penumpang yang dibawa, atau lalu lintas sekitar, dia mengemudikan kendaraan dengan sembrono.

Kedua, pemilik kendaraan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian pemilik armada transportasi mengabaikan berbagai hal terkait dengan perangkat keselamatan kendaraan yang mereka miliki. Alasan penghematan yang biasanya diajukan. Sehingga tidak heran jika kita temukan di jalanan, begitu banyak kendaraan bermotor yang tidak laik jalan, masih bersliweran di sekitar kita.

Perilaku semacam ini jelas menjadi ancaman bagi siapa pun yang naik di kendaraan itu, ataupun mereka yang berada di sekitar kendaraan itu. Kondisi kendaraan bermotor yang tidak laik jalan, bukan tidak mungkin akan menjadi penyebab sebuah kecelakaan. Apalagi jika sistim pengereman yang menjadi masalah.

Peran yang juga tidak kalah penting adalah peran aparat. Dalam hal ini adalah pihak Dinas Perhubungan dan Kepolisian. Dinas Perhubungan tentu saja berkaitan dengan keur terhadap setiap kendaraan bermotor. Sikap kurang teliti yang mereka lakukan, dapat berakibat fatal di jalanan.

Sebab sering kita temukan beberapa kendaraan bermotor yang secara kasat mata tidak laik jalan, ternyata mengantongi bukti keur kendaraan sah dari Dinas Perhubungan.

Dalam posisi semacam ini, saat terjadi sebuah kecelakaan seharusnya pihak Dinas Perhubungan dapat disalahkan. Sebab mereka secara legal menerbitkan surat keterangan laik jalan.

Demikan pula aparat kepolisian di lapangan. Sebagai aparat penegak hukum, mereka wajib menindak apapun pelanggaran yang terjadi di lapangan. Baik itu menyangkut muatan yang dibawa, kecepatan, pelanggaran rambu, dan lain-lain. Sikap tegas yang dilakukan oleh aparat kepolisian pasti membuat para pengemudi dan pemilik kendaraan berpikir ulang untuk melanggar.

Namun kenyataan di lapangan hal ini tidak terjadi. Para pengemudi dengan leluasa melakukan berbagai bentuk pelanggaran di depan aparat kepolisian.

Ironisnya, sebagian aparat kepolisian membiarkan hal itu terjadi. Mereka baru bertindak setelah terjadi kecelakaan, lalu melakukan berbagai analisa penyebab kecelakaan yang seharusnya dapat dicegah. Sungguh ironis.

Akhirnya semula kembali pada kita. Pada prinsipnya menjaga keselamatan diri, berarti juga menjaga keselamatan orang lain di jalanan.

Lembah Tidar, 1 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun