Untuk ukuran kehidupan di wilayah Magelang yang UMR-nya pada kisaran 2 jutaan, jelas ini jumlah yang besar. Mana harga berbagai kebutuhan sehari-hari di Magelang relatif murah jika dibandingkan kota-kota lain.
Setelah mendengar jawaban itu, pandangan saya pun beredar ke suasana parkiran. Di sana saya lihat puluhan yang orang tengah mengadu nasib. Mulai dari pedagang asongan, tukang parkir, warung-warung makan dan minum, para supir, kernet, dan lain-lain.Â
Dalam angan saya terbayang seandainya tarif masuk itu dipatok dengan harga tinggi, pasti pemandangan semacam ini tidak akan ada.Â
Para penyelenggara biro wisata pasti akan mencoret Candi Borobudur sebagai tujuan wisata.
Jika hal ini terjadi, maka ibarat kiamat ekonomi akan terjadi di sekitar obyek wisata Candi Borobudur. Dapat dipastikan ratusan, bahkan ribuan orang akan menangis karena kehilangan mata pencaharian mereka.Â
Dan efek simultannya adalah bayangan kemiskinan yang akan muncul di wilayah sekitar itu.
Pandangan saya pun beralih pada beberapa hotel besar maupun homestay dan losmen yang menjamur di sekitar candi. Pemberlakuan tarif tinggi itu, dipastikan akan menghantam mereka.Â
Tingkat hunian akan turun dengan drastis. Sementara mereka adalah para pemodal yang sudah meng-invest-kan begitu banyak dana. Bayangan kebangkrutan pasti langsung tergambar di benak mereka.
Sisi lain yang terdampak juga pada pemerintah sendiri. Seperti diketahui bersama, dalam beberapa bulan ini pemerintah menggelontorkan milyaran dana untuk menata kawasan Borobudur.Â
Di mana jalur menuju candi dibuat begitu megah, sehingga terkesan sebagai obyek wisata yang kelas dunia. Nah, jika tarif tinggi tetap diterapkan, akan mubazir semua langkah yang dilakukan pemerintah.