Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Putin Sudah Tahu, Biden Tidak Bisa Berbuat Apa-apa

2 April 2022   11:49 Diperbarui: 2 April 2022   12:06 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini hampir mirip saat Perang Dunia II berlangsung. Selama rentang 6 tahun Perang Dunia II berkecamuk, Amerika Serikat baru terlibat secara aktif dalam peperangan pada akhir 1941. Itu pun terjadi setelah bala tentara Jepang menghancurkan Pearl Harbour.

Sebelum peristiwa itu, Amerika Serikat membiarkan bangsa-bangsa di Eropa berjuang sendiri menghadapi gerakan pasukan Jerman. Kalau pun memberikan bantuan, berupa pengiriman atau pun penjualan berbagai keperluan militer. Amerika Serikat saat itu merasa tidak ada kepentingan untuk terlibat langsung di dalamnya.

Lain cerita, saat Irak menginvasi Kuwait pada tahun 1991. Tanpa ba bi bu, Amerika Serikat mengerahkan puluhan ribu dan alat perangnya ke wilayah itu. Selain itu, Amerika Serikat berhasil menggalang puluan negara untuk sama-sama menghukum Irak dan Saddam Hussein.

Lalu apa beda perlakuak Amerika Serikat di kedua peristiwa itu. Jawabannya adalah kepentingan dan nilai tambah yang akan didapatkan. Terbukti pasca Perang Dunia II Amerika Serikat tampil menjadi penguasa dunia, berdampingan dengan Uni Sovyet. Sedangkan di Timur Tengah, paska peperangan Amerika Serikat mampu menguatkan hegemoninya di wilayan itu.

Lalu bagaimana denga Ukraina? Putin sudah berpikir bahwa Amerika Serikat di bawah Biden tidak mungkin akan menghambur-hamburkan dollarnya hanya untuk membiayai sebuah peperangan yang bagi mereka tidak menguntungkan. Langkah yang akan dilakukan oleh Amerika Serikat paling hanya dalam bentuk sangsi ekonomi dan berbagai upaya pengucilan Rusia dari pergaulan dunia. Tak lebih dari itu.

Dan langkah ini tampaknya juga diamini oleh para sekutunya di wilayah Eropa. Terbukti mereka pun hanya mengirimkan berbagai peralatan militer maupu bantuan pangan. Kemudian mereka membiarkan tentara Ukraina berjuang sendirian.

Dalam langkah selanjutnya, peperangan akan diakhiri dengan perundingan. Nah dalam proses ini Putin dengan segala gaya diplomasinya berharap akan dapat berbagai konsesi dari lawan berunding, jika mau menghentikan peperangan. Nah, jika ini yang terjadi maka Putinlah pemenang peperangan tersebut.

Lembah Tidar, 2 April 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun