Terciptalah yang namanya polarisasi, di mana dunia terbelah dalam 2 kutub yang bermusuhan. Blok Barat dengan kapitalisme liberalism, sedangkan Blok Timur dengan faham Komunis. Pada tahap selanjutnya peningkatan kekuatan militer pun menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan.
Selama periode ini berlangsung 1945 -- 1991, Uni Sovyet "menikmati" posisi yang sangat luar biasa. Keberadaannya di Blok Timur, menjadikan dirinya sebagai penguasa Blok Timur.Â
Kekuatan militer yang dikembangkan pada para sekutunya, menjadikan negara-negara Barat berpikir seribu kali untuk melangkah. Sehingga tidak heran Uni Sovyet seakan mempunyai benteng alami wilayahnya dari ancaman negara-negara Barat. Negara-negara sekutu Uni Sovyet yang berada di wilayah Eropa Timur, menempatkan dirinya dalam posisi yang selalu aman.
Dalam skala lebih besar, Uni Sovyet pun memainkan peran penting dalam percaturan politik dunia. Kekuatan Uni Sovyet, seakan menjadi penyeimbang.Â
Uni Sovyet dalam setiap momen apa pun akan menjadi pihak yang berseberangan dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Keduanya selalu ada di belakang setiap negara yang terlibat konflik di dunia.Â
Periode ini dikenal dengan periode Perang Dingin, sebuah permusuhan tingkat tinggi antara keduanya, tapi tidak pernah terwujud dalam konflik saling berhadapan.
Perpecahan Uni Sovyet
Sejarah "kegemilangan" Uni Sovyet mendadak berubah total saat Michaek Gorbachev berkuasa (1990 -- 1991). Sejak merintis karir sebagai Sekjen Partai Komunis Uni Sovyet pada tahun 1985, dia memandang mulai munculnya tanda-tanda keruntuhan Uni Sovyet. Hal ini terutama tampak pada perkembangan perekonomian Uni Sovyet sejak tahun 1980-an.
Pandangan modernnya mendorong untuk segera melakukan beberapa pembenahan. Dan ini tercapai saat dirinya menjabat sebagai presiden Uni Sovyet pada tahun 1990. Ide-ide besar pun diluncurkan yang intinya adalah pembukaan kran demokrasi dan penerapan ekonomi liberal. Dia mempunyai mimpi bahwa Uni Sovyet akan mencapai kejayaan
Dalam proyek pembaharuannya, Gorbachev tanpa malu-malu mengadopsi apa yang berlaku di barat. Padahal selama ini hal-hal tersebut sangat diharamkan oleh pemimpin Uni Sovyet sebelumnya.Â
Namun apa lacur, semua tidak berjalan seperti harapan. Persiapan yang belum matang, justru membenamkan Uni Sovyet pada krisi ekonomi yang makin dalam.
Di sisi lain, pelonggaran beberapa aturan yang ada, justru dimanfaatkan oleh sebagian wilayah untuk melepaskan diri dari Uni Sovyet. Perubahan sistim komunisme kea rah demokratis inilah yang jadi biang keladinya. Komunisme yang semula menjadi lem pemersatu Uni Sovyet, kini tidak berfungsi lagi.Â