Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ganti Cat

7 Agustus 2021   09:52 Diperbarui: 7 Agustus 2021   10:05 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: bimakini.com

Malam itu, suasana Balai RT cukup ramai. Beberapa bapak warga RT sibuk berbincang. Nampak keseriusan di wajah mereka. Nampaknya ada sesuatu yang serius yang akan dibahas.

"Mana Pak Edi, nih," kata Pak Sapto sambil celingak-celinguk.

"Sabar, Pak." Karyono menenangkan.

"Jadi Ketua RT kok enggak disiplin waktu," omel Pak Sapto lagi.

Semua kepala menengok ke Pak Sapto. Sebagian geleng-geleng kepala. Memang beberapa hari ini hubungan keduanya kurang bagus. Padahal sebelumnya mereka akrab sekali. Sesama pecinta burung, obrolan mereka nyambung ke mana-mana.

"Sabar, Pak. Ini juga belum jam setengah delapan. Acara kita kan jam delapan," kata Karyono yang menjadi sekretaris RT.

"Yah, harusnya datang lebih awal, kek. Memberi contoh."

Mendengar ucapan Pak Edi Karyono pun terdiam. Demikian juga dengan bapak-bapak yang lain. Suasana nampaknya makin panas.

Retaknya hubungan keduanya sebenarnya hanya masalah sepele. Saat dalam obrolan di pos ronda Pak Edi nyeletuk tentang rencana mengganti cat pos ronda dengan warna lain.alasannya masuk akal. Beberapa bagian dari cat itu sudah mengelupas.

Celetukan itu kontan dijawab dengan sengit oleh Pak Sapto yang juga berada di pos ronda.

"Ngapain diganti, kan masih bagus," sahut Pak Sapto.

"Yah, biar tambah bagus to, Pak."

"Enggak, saya enggak setuju. Sebagai mantan Ketua RT saya enggak setuju," sahut Pak Sapto dengan sengit.

"Tapi, Pak...," kata Pak Edi.

"Enggak ada tapi. Titik." Setelah mengucapkan kalimat itu, Pak Sapto meninggalkan pos ronda sambil menggerutu tak keruan.

"Lha, kenapa Pak Sapto marah?" kata Pak Edi kebingungan.

"Bapak sih, mau mengganti cat pos ronda," celetuk Pak Parjo.

"Emang salah? Saya kan Ketua RT-nya." Pak Edi membela diri.

"Dulu yang mengecat kan Pak Sapto."

"Lha, lalu apa hubungannya?"

"Ya, enggak tahu."

Rencana itu ternyata kemudian menjadi obrolan seru di pos ronda. Rencana yang semula berupa celetukan, justru berkembang menjadi perdebatan. Dan akhirnya diputuskan untuk dibawa ke rapat RT.

"Assalamu 'alaikum." Suara Pak Edi terdengar di pintu.

Rapat pun berjalan dengan seru. Adu debat terjadi dalam rapat itu, namun anehnya yang mendominasi hanya Pak Sapto. Sedangkan Pak Edi sibuk menangkis berbagai serangan itu.

"Pokoknya saya enggak setuju kalau pos ronda dicat ulang," kata Pak Sapto.

"Lha apa alasannya?" tanya Pak Edi.

"Pokoknya enggak setuju. Sebagai mantan Ketua RT, suara saya tetap wajib didengar."

"Waduh. Tapi apa alasannya Pak Sapto," sela Karyono.

"Masih banyak kebutuhan lain di RT ini. Sayang kalau dana itu dihamburkan," kata Pak Sapto.

"Tapi ini dari kantong pribadi saya, Pak. Sumbangan saya," kata Pak Edi.

"Sama saja. Pos ronda itu bukan milik perorangan, tapi milik RT." Pak Sapto tetap ngotot.

Warga lain hanya terdiam melihat perdebatan itu. Sebagian besar warga setuju dengan rencana Pak Edi.

"Pokoknya nggak setuju. Titik." Pak Sapto ngotot.

"Ngomong-omong rencana mau dicat warna apa Pak Edi?" sela Karyono.

"Rencana sih warna hijau," jawab Pak Edi.

"Hijau," ulang Karyono.

Pak Edi mengangguk.

"Apa? Hijau?" sahut Pak Sapto.

Pak Edi mengangguk lagi.

"Kalau warna hijau, saya setuju," kata Pak Sapto mantap.

Mendengar ucapan Pak Sapto, segenap peserta rapat terkejut. Seketika mereka terdiam. Termasuk Pak Edi selaku Ketua RT dan Karyono, sang sekretaris.

"Lha, kenapa Pak Sapto tiba-tiba setuju," tanya Karyono kebingungan.

"Pokoknya, setuju. Titik."

Lembah Tidar, 7 Agustus 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun