Arina menggeleng lemah. Dalam benaknya terpatri bahwa kalau qurban harus menggunakan uang pinjaman rasanya kok kurang afdol. "Nggak Nit. Aku tetap tidak qurban tahun ini."
Anita Nampak sedih air mukanya. Sebagai sahabat karib, dia tak ingin melihat Anita harus bersedih karena hal ini. "Kamu udah pasti Nit? Enggak akan qurban," Anita menegaskan kembali.
"Insya Allah, tahun depan."
"Kamu bisa menjamin tahun depan bertemu Idul Adha lagi?" Tiba-tiba terlontar ucapan itu dari mulut Anita. Anita sendiri kaget dengan ucapannya sendiri. "Rin, aku pamit dulu ya. Tadi suamiku mengajak belanja ke toko."
Tanpa menunggu jawaban Arina, Anita beranjak meninggalkan teras. Arina sendiri sedikit heran melihat perilaku Anita. Pandangannya terus mengikuti punggung Anita sampai hilang di balik pagar.
******
"Bun, ada masalah ya?" Anto bertanya pada Arina. Diperhatikannya sejak tadi nasi yang ada di piring Arina tidak berkurang sama sekali. "Cerita dong!"
"Masalah qurban, Yah."
"Emang kenapa?
"Bunda putuskan kita tidak qurban tahun ini."
"Kenapa. Kan ada uang kita."