Padahal, sebelum dr Luis ditangkap pihak berwajib muncul berbagai reaksi dari kalangan mereka sendiri. Tak kurang dari dr Tirta yang menentangnya, kemudian para epidemiolog bahkan IDI sendiri turun tangan.
Dalam bayangan beberapa pihak, pasti dr Luis akan bersikap keras mempertahankan pendapatnya. Bahkan mungkin akan mendebat tuduhan yang dilakukan oleh pihak kepolisian terkait berita bohong. Namun kenyataannya, itu tidak terjadi. Â Hal ini menimbulkan pertanyaan besar, apa motivasi dr Luis mengeluarkan pernyataan itu. Atau ada masalah kejiwaan dengan dirinya? Atau barangkali mencari sensasi semata?
Padahal kasus beriita bohong tentang Covid-19 di masyarakat luar biasa berbahayanya. Tingkat literasi masyarakat yang sangat rendah, bukan tidak mungkin akan menelan mentah-mentah informasi yang mereka terima. Apalagi jika yang menyampaikan orang yang dianggap kompeten di bidangnya, seperti dr Luis.
Informasi sesat ini tak urung membawa korban, seperti disampaikan oleh Helmi warga Depok. Dia menceritakan ayahnya yang tinggal di Tegal meninggal dunia karena Covid-19. Â Hal ini terjadi karena si ayah telah terpengaruh dengan paparan dr Luis terkait interaksi obat. Sehingga dia hanya mau mengkonsumsi obat Pereda nyeri saja, padahal dia mempunyai penyakit komorbid (news.detik.com, 17 Juli 2021).
Namun bagaimanapun juga, ini sudah menjadi ranah kepolisian. Janji pihak kepolisian akan tetap melanjutkan perkara meski dr Luis tidak ditahan semoga ditepati. Karena secara langusng atau tidak narasi-narasi yang disampaikan dr Luis sangat berbahaya dan kontradiktif dengan upaya pemerintah dalam menangani pandemic ini.
Lembah Tidar, 18 Juli 2021
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI