Sistem guru kelas diterapkan di jenjang SD. Hal ini sesuai dengan pendidikan yang mereka tempuh. Kalau dahulu lewat SPG (Sekolah Pendidikan Guru), sekarang ditempuh melalui prodi PGSD.Â
Di kedua jenis pendidikan calon guru dibekali ilmu dedaktik dan metodik, sekaligus pengetahun terkait berbagai mata pelajaran yang akan diampunya nanti.
Dari berbagai kekaguman yang ada, terselip sedikit kekhawatiran di hati saya. Bagaimanapun guru juga manusia, pasti ada keterbatasan pada diri mereka. Termasuk keterbatasan dalam menguasai materi pelajaran yang begitu banyak. Sementara sudah menjadi rahasia umum masih banyak tugas-tugas sekolah lain yang harus mereka kerjakan.
Pengalaman yang pernah rasakan adalah pada anak saya sendiri waktu masih SD. Secara kebetulan anak saya diajar oleh guru honorer atau wiyata bhakti. Ketika iseng saya tanyakan tentang beberapa materi pelajaran yang sulit, seperti misalnya nembang (nyanyi dalam bahasa Jawa).
Jawaban yang saya dapatkan benar-benar di luar dugaan saya. Dikatakannya bahwa materi itu dilewati. Lalu ketika saya tanyakan lagi beberapa materi yang termasuk sulit, dijawab pula hanya diberikan PR saja oleh bu guru.
Mendengar jawaban itu saya terperangah. Memang tidak semua guru begitu. Bagi guru-guru yang senior, kelemahan dalam penguasaan materi biasanya ditutup dengan kemampuannya dalam mengelola kelas. Sehingga dengan barbagai cara berdasarkan pengalaman bertahun-tahun, materi yang sulit dapat disampaikannya dengan baik.
Angan saya kemudian bergeser pada kemajuan ilmu pengetahuan saat ini yang luar biasa pesatnya. Jika pada zaman dahulu guru adalah orang yang paling tahu segala hal, sekarang jauh berbeda. Banyak guru-guru tua yang harus pontang-panting untuk mengejar ketinggalan dalam bidang materi pelajaran.
Di sisi lain, guru-guru muda pun mempunyai kesulitan yang sama. Jika guru-guru tua kesulitan dalam menguasai materi yang baru, guru-guru baru terkendala dengan kemampuan pengelolaan kelas. Jam terbang yang masih minim, membuat mereka harus banyak bereksperimen.
Berkait dengan pesatnya kemajaun ilmu pengetahun, terbersit nada kekhawatiran dalam diri saya. Bagaimanapun juga jenjang SD adalah jenjang dasar. Artinya jenjang SD adalah tempat di mana seorang anak mulai membangun pondasi mereka untuk bersaing di era global ini. Pondasi yang dalam dan kokoh pasti sangat dibutuhkan untukbersaing di jenjang berikutnya.
Pertanyaan besar muncul dalam diri saya, seandainya guru yang tidak menguasai dengan baik konsep yang akan ditanamkan, menjadi bahaya besar. Karena saya yakin bahwa seseorang tidak mungkin mempunyai kemampuan menguasai semua mata pelajaran dengan baik. Pasti ada bagian yang sangat dikuasainya, sebaliknya ada juga bagian yang kurang dikuasai.