Ungkapan ini meminjam kalimat sebagian besar orang Indonesia dalam menghadapi suatu kejadian, terutama orang-orang Jawa. Mereka selalu mampu menempatkan kata "untung" pada suatu kejadian yang menimpa mereka atau kelompok mereka.
Semisal ketika mereka harus kehilangan tangan kiri saat mengalami kecelakaan, dengan enteng dia mengatakan untung hanya yang kiri. Saat  sepeda motor dilarikan oleh begal, mereka mengatakan untung nyawa tidak ikutan melayang. Demikian juga saat mengalami luka-luka karena kecelakaan, untung tidak meninggal. Dan masih banyak "ntung-untung" yang lain  di balik setiap kejadian.
Saya tidak tahu, ungkapan itu sebuah bentuk rasa syukur ataukah hanya sekedar basa-basi. Yang tahau hanya mereka sendiri. Dan saya sendiri tidak pernah ingin tahu.
Demikian pula saat virus Korona melanda tanah air kita mulai sekitar 3 bulan yang lalu. Walaupun banyak spekulasi yang mengatakan keterlambatan tersebut disebabkan oleh kelambanan dan ketidakmampuan pemerintah dalam mendeteksi kehadiran sang virus tersebut, itu hak mereka.Â
Fakta yang disampaikan lewat juru bicara Percepatan Penanganan Covid-19 hingga kemarin sore telah tersaji. Jumlah yang terinfeksi telah menembus angka 14 ribuan orang, sedangkan jumlah yang meninggal pada angka 900-an.
Segi untung apa yang didapatkan dari keterlambatan ini? Mari kita lihat sama-sama.
Pertama, keterlambatan ini membuat kita banyak belajar dari cara penanganan virus Korona di negara lain. Kita tinggal memilih model mana yang kita ambil. Penanganan yang ekstrim model negara-negara sosialis ataukah penanganan yang dilakukan negara-negara Barat.
Hal ini tampak dari penerapan PSBB yang saat ini berlaku di beberapa wilayah tanah air. Kalau kita amati, model PSBB ini merupakan hasil kajian terhadap model yang ada di negara lain. beberapa negara memberikan contoh penerapan lockdown tanpa persiapan yang matang justru menjadi bumerang bagi pemerintah.
Kalau kita mau bicara jujur, seandainya lockdown diterapkan dengan ketat sebagaimana dilakukan di Tiongkok pasti akan luar biasa dampaknya. Ketidakmampuan pemerintah untuk mendukung hajat hidup warga negara bukan tidak mungkin akan berujung pada kekacauan sosial.Â
Ujung-ujungnya stabilitas keamanan nasional terganggu. Sedangkan penerapan PSBB yang masih menyisakan ruang bergerak bagi warga saja sudah mengundang banyak permasalahan.