Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Yang Tercecer dari Didik Kempot

6 Mei 2020   13:24 Diperbarui: 6 Mei 2020   13:33 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: mediaindonesia.com

Kemarin, tanggal 5 Mei 2020 kembali dunia hiburan tanah air dikejutkan oleh kabar duka. Tak ada angin tak ada hujan, Didik Kempot meninggal dunia di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo. Kabar duka tentang Gleen Fledy dan Erwin Prasetya belum juga tuntas, ternyata kali ini satu artis lagi dipanggil sang Khalik.

Kepergian the Godfather of Broken Heart ini benar-benar menggemparkan. Selama ini tak ada kabar sakit tentang Didik Kempot. Bahkan dia baru saja menyelesaikan proyek amal dengan Kompas TV dengan meraup sumbangan sebanyak 7,6 milyar. Tiba-tiba kemarin pagi kabar duka itu datang dari Solo, Didik Kempot meninggal di usia 53 tahun.

Gempar kabar kematian Didik Kempot tentu saja bukan hal mengada-ada. Hal ini disebabkan segmen penggemar penyanyi campur sari satu ini muncul dari segala lapisan. Dari anak muda hingga orang tua, dari kaum pinggiran hingga kaum gedongan. Sebagai bukti tampak dari antusiasme penonton dalam setiap konser dan hampir semua lagunya dihafal dengan fasih oleh siapapun tanpa memandang suku apapun.

Hal ini berbeda dengan kabar duka dari Gleen Fledy dan Erwin Prasetya. Kedua musisi ini mempunyai basis penggemar yang berbeda dengan Didik Kempot. Sehingga kabar kematian Didik Kempot mampu menguras perhatian media massa. Bahkan beberapa stasiun televisi rela menyisihkan waktunya untuk mengenang penyanyi ini.

Banyak hal yang dapat diceritakan tentang Didik Kempot. Baik dari perjuangannya mencapai sukses, sikapnya yang humble, jumlah karyanya maupun daya sihirnya saat berada di atas panggung.

Penulis sempat 2 kali menyaksikan aksi Didik Kempot di lapangan. Luar biasa, hampir 2 jam penonton yang terdiri dari sobat ambyar maupun masyarakat biasa tidak beranjak dari tempat berdirinya. Mereka larut dengan irama lagu dan bernyanyi sepanjang pentas berlangsung. Sungguh sebuah pemandangan yang luar biasa. Gaya bicara Didik Kempot mampu menjalin komunikasi yang hidup dengan para penggemarnya.

Di balik semua itu, ternyata ada sesuatu yang menarik tentang Didik Kempot berkaitan dengan karya-karyanya. Dalam sebuah wawancara di stasiun televisi lokal setahun yang lalu, Didik Kempot pernah menyampaikan sesuatu yang luar biasa untuk ukuran penyanyi dan pencipta lagu populer.

Saat itu Dimas Tejo, sang pembawa acara menanyakan tentang royalti yang Didik Kempot terima dari ratusan karyanya. Karena seperti yang kita ketahui, lagu-lagu Didik Kempot banyak dinyanyikan artis-artis lain. Baik artis papan atas, maupun artis-artis kecil. Lagu-lagu Didik Kempot dapat dipastikan muncul di setiap hajatan, acara televisi maupun di Youtube yang dinyanyikan oleh penyanyi lain. berarti secara hitungan pasti banyak sekali royalti yang mengalir  ke kantong Didik Kempot.

Jawaban Didik Kempot ternyata di luar dugaan. Dia tidak pernah mempermasalahkan. Bahkan dengan tanpa menyombongkan kekayaannya, Dia sudah bersyukur menjadi seperti saat ini. apalagi dibandingkan saat dia mulai memutuskan menjadi seorang seniman, 30 tahun yang lalu.

Jawaban ini menunjukkan kebesaran hati sang Godfather of Broken Heart ini. Hanya saja ia berpesan, kalau bisa ya nembung (minta ijin) sebelum menyanyikan lagu itu. Apalagi jika itu berkaitan dengan urusan perut penyanyi yang akan membawakan lagu itu. Didik Kempot tidak terlalu mempermasalahkan tentang hak royalti. Dalam konteks Jawa, nembung menjadi salah satu bentuk etika bagi siapapun yang akan memakai milik orang lain.

Pertanyaan kedua yang cukup menggelitik adalah, mengapa lagu-lagu Didik Kempot hanya berkutat di satu masalah saja. Kalau tidak patah hati, ditinggal pergi, atau cinta tak sampai dan sepintas hampir sama irama setiap lagunya.

Jawaban Didik Kempot sangat sederhana, lha kuwi sing payu lan mumpung akeh sing seneng (tema itu yang laku dan mumpung banyak senang). Jawaban sederhana itu menunjukkan kerendahan hati Didik Kempot. Dia memilih berkata jujur dan realistis, dari pada harus berdiplomasi yang tak jelas ujungnya. Karena faktanya memang itu yang terjadi, aji mumpunglah yang dia gunakan.

Gambaran ini menunjukkan betapa sederhana dan rendah hatinya seorang Didik Kempot. Dan suka tidak suka, Didik Kempot adalah legenda blantika musik tanah air. Paling tidak dia pernah mengisi satu kepingan dalam perjalanan musik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun