Pertanyaan kedua yang cukup menggelitik adalah, mengapa lagu-lagu Didik Kempot hanya berkutat di satu masalah saja. Kalau tidak patah hati, ditinggal pergi, atau cinta tak sampai dan sepintas hampir sama irama setiap lagunya.
Jawaban Didik Kempot sangat sederhana, lha kuwi sing payu lan mumpung akeh sing seneng (tema itu yang laku dan mumpung banyak senang). Jawaban sederhana itu menunjukkan kerendahan hati Didik Kempot. Dia memilih berkata jujur dan realistis, dari pada harus berdiplomasi yang tak jelas ujungnya. Karena faktanya memang itu yang terjadi, aji mumpunglah yang dia gunakan.
Gambaran ini menunjukkan betapa sederhana dan rendah hatinya seorang Didik Kempot. Dan suka tidak suka, Didik Kempot adalah legenda blantika musik tanah air. Paling tidak dia pernah mengisi satu kepingan dalam perjalanan musik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H