Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Dilema Larangan Mudik

27 April 2020   10:48 Diperbarui: 27 April 2020   10:50 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tirto.id

Kekhawatiran yang dirasakan oleh pemerintah, ternyata berbanding terbalik dengan apa yang ada dalam benak para calon pemudik. Jika pemerintah berbicara tentang penyebaran virus Korona, mereka justru berbicara masalah urusan perut. Hancurnya sektor perekonomian berakibat pada terhentinya arus rupiah ke kantong mereka. Dan jika hal ini yang terjadi maka, urusan perut menjadi masalah yang tidak bisa ditolerir lagi.

Janji pemerintah tentang bantuan sosial, tetap tidak mampu menenangkan mereka. Prinsip mereka lebih baik mudik dari pada harus kelaparan di negeri orang. Karena di kampung mereka menganggap urusan perut akan lebih mudah teratasi. Atau mungkin mereka memegang ungkapan Jawa lama, mangan ora mangan kumpul.

Situasi rumit semacam ini jelas menerpa kedua belah pihak, baik pemerintah maupun kaum pemudik. Semua mempunyai alasan yang dapat diterima akal. Namun bagaimana lagi, keduanya ibarat di hadapkan pada buah simalakama. Jika dimakan mati ibu, kalau tidak di makan matilah sang ayah. Mana yang mau dikorbankan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun