Namun sekali lagi, mukjizat Tuhan nyata atas saya. Seseorang kakak kelas yang ikut berenang bersama kami melihat saya dan dengan sigap meraih tangan saya. Lekas ditariknya badan saya ke atas menuju permukaan sungai. Sayapun mencapai permukaan sungai dengan terbatuk-batuk akibat air yang menggerogoti kerongkongan saya. Hari itu saya sungguh tak menyangka bisa menghirup udara kembali.
Selepas peristiwa itu, saya mulai merenung. Dalam perjalanan waktu, saya menemukan jawabannya.
 "Ternyata, Tuhan tidak membiarkan hamba-Nya pergi begitu saja. Ada visi Tuhan dalam setiap hamba-Nya yang menjadi sebuah kewajiban untuk ditunaikan selama hidup di dunia yang fana ini. Benarlah juga rupanya, bahwa tak seorangpun yang akan luput dari perhatian-Nya."
Dengan segera mungkin, langkah awal yang saya tempuh adalah bertaubat dan mulai membiasakan diri bertingkah laku baik. Saya juga memohon pengampunan dari pada-Nya dan berharap Ia sudi menuntun saya menuju jalan-Nya yang sempit. Ketika saya mengenang peristiwa itu, rasanya kuasa Tuhan benar-benar amat tak terperi menyertai hidup saya. Dan lebih bersyukur lagi, saya adalah hamba-Nya yang bisa merasakan nikmatnya 'kesempatan ketiga'.
Baca juga:
Luka Nestapa di Kampung Khatulistiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H