Memilih pemimpin baik pemimpin di daerah hingga pemimpin negara merupakan agenda tahunan bagi negara Indonesia. Indonesia yang telah memercayai sistem pemerintahan berlandaskan demokrasi memberi kesempatan sebesar-besarnya kepada rakyat dalam menentukan pemimpin yang tepat untuk masa jabatan yang cukup lama.Â
Pemimpin ini nantinya diharapkan dapat menjadi representase teriakan aspirasi dan kebutuhan rakyat terhadap pembangunan manusia dan kehidupan sosial yang merata dan berkeadilan.Â
Oleh sebab itu, tidak dapat ditampik bahwa rakyat menaruh harapan yang sangat besar terhadap pemimpin yang akan menduduki singgasana-singgasana di daerah maupun maha-singgasana di istana negara.
Namun, kenyataan yang terjadi saat ini justru memberi pukulan keras bagi daerah ataupun negara. Hasil di lapangan menunjukkan fenomena penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan serta keterlibatan dalam lingkaran kriminalitas kerap melanda para pemimpin yang telah diamanahkan rakyat dan dianggap sebagai perwakilan suara rakyat.Â
Korupsi, gratifikasi, pelecehan seksual, hingga penyalahgunaan narkoba merupakan beberapa contoh dari kasus dan pelanggaran yang menjerat para pemimpin daerah serta menjadi pemberitaan tahunan di media massa atau media sosial.Â
Hal tersebut semakin mengecewakan tatkala kekuasaan pemerintahan yang berlangsung juga mengalami kegagalan operasi kepemimpinan. Imbasnya, banyak pemilih yang berpikir dua kali atau bahkan urung menjatuhkan pilihannya saat pesta demokrasi tiba.Â
Berdasarkan data PSV (Perkumpulan Swing Voters) dalam laporannya di CNN Indonesia tahun 2018, angka swing voters (massa mengambang) mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.Â
Dimulai dari 7,3% pada Pemilu 1999, 15,9% pada Pemilu 2004, 21,8% pada Pilpres putaran I tahun 2005, dan 23,4% pada Pilpres putaran II tahun 2005.Â
Kemudian pada Pileg 2009 terdapat 29,3% golput, sebanyak 28,3% pada Pilpres 2009, 24,8% pada Pileg 2014, dan 29,1% pada Pilpres 2014. Sementara pada pemilu 2019 mendatang, BBC Indonesia melaporkan sebanyak 40% suara masih dikuasai oleh swing voters.Â
Persentase swing voters tersebut berpotensi mendulang pemilih golput sebesar 25% sampai 28% suara. Artinya, besarnya persentase tersebut mengindikasikan bahwa rakyat telah dewasa dan penuh kehati-hatian dalam keikutsertaannya pada kontestasi demokrasi.Â
Rakyat (pemilih) juga mulai cerdas dalam melakukan penilaian ataupun pertimbangan yang rasional terhadap calon pemimpinnya. Oleh karena itu, akan menjadi miris bila golput terjadi akibat kesulitan mencari pemimpin yang ideal.Â
Di sisi lain, abad 21 yang mengusung kemajuan peradaban, menginginkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih implementatif dan modern. Pemimpin dituntut harus mampu adaptif terhadap perubahan lingkungan kerja yang berlangsung dinamis.Â
Keberhasilan seorang pemimpin dalam memimpin organisasi tidak diukur dari seberapa lama ia memimpin, namun dari seberapa produktif ia berusaha dan meraih prestasi maksimal bagi kesejahteraan bersama.Â
Kepemimpinan yang baik dan efektif adalah model kepemimpinan yang bisa membawa arah organisasi dan wilayah kewenangannya berdasarkan asas-asas manajemen abad 21 serta dapat memberikan kontribusi kesejahteraan bagi masyarakat dan bawahannya.Â
Kualitas kepemimpinan dalam proses perubahan yang sedang berlangsung seperti saat ini tidak boleh terjebak hanya pada fungsi memberi nasehat, memberi perintah dan memberi mandat pada bawahannya, tetapi lebih pada bagaimana memberi visi, misi, dan tujuan organisasi secara jelas dan komprehensif kepada seluruh elemen organisasi (Sunarta, 2006: 60).Â
Dalam pemerintahan abad 21 sekarang ini, hal tersebut sejatinya dapat diwujudkan melalui kehadiran sosok pemimpin visioner yang berjiwa gov-preneurship.
Sebelumnya, apa yang sama dari Lee Kuan Yew, Steve Jobs, dan Larry Page? Jawabannya adalah mereka sama-sama memiliki jiwa yang 'visioner'. Hal itulah yang membuat mereka bisa berhasil memimpin perusahaan besar hingga sebuah negara yang multikultural.Â
Kepemimpinan visioner (visionary leadership) sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengomunikasikan, menyosialisasikan, mentransformasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial di antara anggota organisasi dan stakeholders (pemangku kepentingan) yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus dicapai melalui komitmen semua elemen.Â
Kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh pemimpin beserta para rakyat dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Kartanegara dalam  Sonedi, 2013: 6).Â
Seorang pemimpin yang visioner biasanya cenderung berpikir kreatif demi masa depan organisasi (wilayah) yang ia pimpin. Hal itu sejalan dengan pandangan bahwa kepemimpinan adalah  usaha  mengangkat visi  kelompok  ke level  yang  lebih  tinggi, meningkatkan kinerja mereka ke tingkat yang lebih baik, serta membangun kompetensi mereka melampaui batas-batas yang biasa (Peter F. Drucker dalam Allo, 2017: 4).Â
Oleh karena itu, seorang pemimpin visioner dinilai lebih mampu dalam menciptakan visi dan tujuan yang jelas berkenaan dengan pemahaman tentang masa depan yang lebih mantap dan usaha-usaha dalam peningkatan mutu yang lebih terarah.Â
Pemimpin visioner memiliki kapabilitas yang mumpuni dan cocok diterapkan dalam upaya menghadirkan pemimpin yang ideal. Beragam kemampuan pemimpin visioner ialah di antaranya:Â
(1) mampu merumuskan dan menjual visi serta mengelola organisasi secara profesional;
(2) mampu mendapatkan respek dan kepercayaan dari anggota kelompok untuk merealisasikan visi yang ditetapkan;
(3) memiliki integritas, kompetensi, konsistensi, loyal dan terbuka;
(4) menstimuli motivasi karyawan untuk menghasilkan karya yang inovatif dan kreatif;
(5) mengakomodir ego dan kepentingan individu serta kelompok demi merealisasikan visi organisasi;
(6) memiliki perhatian kepada anggota dalam usaha untuk membimbing, memberi nasihat dan penilaian kerja yang adil; dan
(7) memiliki human skill terutama dalam usaha untuk memecahkan konflik antar anggota serta memiliki kemampuan oral persuasion (sumber).
Di samping itu, pemimpin visioner juga memiliki karakteristik yang membedakannya dengan gaya kepemimpinan lainnya. Karakteristik tersebut di antaranya:Â
(1) Difficult  learning, yakni kemampuan dalam mengidentifikasi problematika yang belum diketahui dan belum ada pemecahannya.Â
(2) Maximizing energy, yakni memaksimalkan energi dalam usaha untuk mengambil keputusan yang berkualitas melalui mindset (pola pikir) yang sifatnya kompromistis.
(3) Resonant simplicity, yakni logika sederhana yang menjadi keunggulan dalam sebuah persaingan.Â
(4) Multiple focus, yakni memiliki fokus pada kegiatan yang strategis maupun non strategis.Â
(5) Mastering inner sense, yakni memiliki prediksi yang tidak hanya berdasarkan logika dan rasio dari berbagai data, tetapi juga memiliki "intuisi" dari inner sense yang menuntut kepada keputusan yang cepat dalam kondisi tertentu  (sumber).
Pemimpin dengan kepemimpinan visioner diyakini akan mampu mengadaptasi antara organisasi yang dipimpinnya terhadap lingkungan eksternal yang terus berubah (Sunarta, 2006: 60).Â
Bersamaan dengan itu, dalam abad 21 seperti saat ini, gaya kepemimpinan seorang pemimpin juga harus dapat berjiwakan entrepreneur (wirausaha), agar segala pekerjaan atau visi yang hendak dilaksanakan dapat terlaksana secara efektif dan efisien serta mengedepankan nilai kreatif dan inovatif.Â
Gov-preneurship merupakan wujud jiwa entrepreneur yang harus dimiliki seorang pemimpin di abad 21. Gov-preneurship ialah entrepreneurship (kewirausahaan) yang dapat diterapkan oleh pemimpin atau pegawai pemerintah di instansinya, sehingga instansi tersebut dapat menyelenggarakan pelayanan publik yang lebih baik, disertai kreativitas dan inovasi.Â
Manifestasinya ialah bagaimana visi, misi, dan program kerja yang dibuat oleh pemimpin harus memerhatikan aspek kreativitas, kredibilitas, efektifitas dan efisiensi, sehingga setiap pekerjaan benar-benar dilaksanakan untuk memberi hasil yang memuaskan.Â
Jiwa entrepreneur semacam ini sangatlah tepat untuk pemimpin abad 21, mengingat tantangan dunia yang semakin kompleks dan dinamis sehingga sangat dibutuhkan pemimpin dengan visi dan keuletan kerja yang mumpuni.Â
Di samping mempunyai dedikasi yang tinggi, pemimpin yang memiliki jiwa gov-preneurship juga bekerja dengan tidak mementingkan kepentingan sendiri, melainkan menjadi fasilitator dan kolaborator dalam pewujudan visi kepemimpinan yang hendak dicapai bersama dengan rakyat.Â
Kepemimpinan visioner yang berlandaskan gov-preneurship merupakan solusi yang sejalan dengan tuntutan abad 21, yakni menuntut pemimpin agar dapat adaptif dan atraktif terhadap problematika lingkungan kerja dan dunia yang semakin ruwet dan kompetitif. Implementasinya dapat tercermin melalui visi, misi, dan tujuan organisasi yang jelas, terarah, dan komprehensif.Â
Visi, misi, dan tujuan organisasi yang dibuat dan dilaksanakan secara jelas, terarah, dan komprehensif tersebut dimaksudkan untuk menghadirkan the best value of leadership (nilai kepemimpinan terbaik) bagi elemen organisasi dan rakyat.
Pemimpin visioner berjiwa gov-preneurship merupakan salah satu karakteristik pemimpin ideal yang diimpikan rakyat Indonesia. Alasan yang melatarbelakanginya ialah didasarkan bahwa pemimpin visioner berjiwa gov-preneurship merupakan sosok pemimpin yang mampu mengabstraksi masalah dengan baik serta menggunakan intuisi dan kolaborasi beragam soft skill lainnya untuk merumuskan visi yang jelas dan terarah.Â
Visi tersebut kemudian tercermin dalam misi dan program kerja yang kreatif dan inovatif, mengingat bahwa seorang pemimpin visioner berjiwakan gov-preneurship sejatinya memiliki kapabilitas yang baik dalam mengontruksi butir-butir kebutuhan rakyat melalui keterbiasaannya surfing di dalam lingkungan kerja yang dinamis dan menuntut kinerja yang produktif.Â
Dengan demikian, pemimpin tidak lagi dipandang sebagai seorang yang hanya membutuhkan jabatan semata tanpa keberhasilan membalas amanah rakyat.Â
Namun lebih daripada itu, pemimpin hendaknya menjadi seorang visioner yang mempunyai visi, misi, atau program kerja yang adaptif dan implementatif.Â
Pemimpin visioner berjiwa gov-preneurship amat dibutuhkan untuk dapat meyakinkan rakyat terhadap terjaminnya pelaksanaan pembangunan kesejahteraan rakyat melalui refleksi visi, misi, dan program kerja yang dikontruksi, dikemas, dan dilaksanakan dengan memerhatikan aspek efektifitas, efisiensi, kreativitas dan inovasi, serta bermuara pada kinerja yang kredibel dan terarah.Â
Hingga pada akhirnya, pemimpin visioner berjiwa gov-preneurship dengan gaya dan jiwa kepemimpinannya yang visioner, kreatif dan inovatif, harus diemban seorang pemimpin sebagai salah satu karakteristik atau indikator pemimpin ideal dambaan rakyat dalam abad 21 saat ini.Â
Â
REFERENSI
Affan, Heyder. 2018. Akan Berlabuh Ke Mana 'Swing Voter' dalam Pemilu Legislatif 2019?
Allo, Y., R., M. 2017. Pemimpin Kredibel Pemimpin Visioner.
CNN Indonesia. 2018. Swing Voters Jadi Tantangan Terbesar Paslon Pilpres 2019.
Rubrik Finansialku. 2017. Inilah 10 Ciri Kepemimpinan Visioner atau Visionary
Leadership yang Harus Dimiliki Setiap Orang Hebat seperti Anda.
Sonedi. 2013. Kepemimpinan Visioner: Â Solusi Peningkatan Kualitas Persekolahan.
Sunarta. 2006. Kepemimpinan Visioner dalam Kancah Global. Diakses dari:
Team Content of Borobudur Training & Consulting. 2019. Mengenal Model Kepemimponan Abad 21. Diakses dari:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H