Â
Penutup
SMK sudah saatnya menjawab tantangan globalisasi dan AFTA serta menjawab cap negarif masarakat sebagai Sekolah Mencetak Kuli dan pengangguran dengan bukti nyata, yaitu menghasilkan lulusan paripurna yang berkualitas dan kompetiif dalam dunia kerja dapat terserap secara signifikan sehingga tidak ada lagi berita lulusan SMK menjadi pengangguran. SMK Unggul bukan hanya menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap kerja tetapi juga wirausahawan yang mampu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain sehingga harapan melalui SMK dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran. Konsep sekolah unggul bagi SMK bukanlah hal yang sulit direalisasikan jika segenap komponen penyelenggara pendidikan SMK dan stakeholder bekerja secara serius memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas dan mendapat dukungan dari masyarakat dan dunia usaha/industri sehingga ke depan SMK bukan lagi sekolah pilihan kedua tetapi sekolah utama dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, kompeten dan kompetitif serta mampu mengatasi tantangan jaman yang selalu berubah.
Pengembangan kelembagaan SMK di arahkan melalui jalan: (1) memasukkan pendidikan kejuruan ke dalam perencanaan pembangunan ekonomi, sosial, dan pengembangan industri; (2) meningkatkan investasi dalam pendidikan kejuruan; (3) mendukung mekanisme multichannel investasi SMK; (4) memfasilitasi pelatihan dan kualitas guru; (5) meningkatkan standar kualifikasi berbasis KKNI; (6) membangun sistem penjaminan mutu lulusan SMK; dan (7) menggandeng industri yang dapat terlibat dalam evaluasi kualitas pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika: (a) tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja, (b) melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir, dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri, dan (c) sekolah sebagai lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja. SMK dapat membangun kemitraan (partnership) dengan dunia usaha/industri melalui beberapa jalan, di antaranya: (1) membuat mekanisme pembelajaran di SMK yang didukung oleh dunia usaha/industri; (2) mempromosikan kerja sama skeolah dengan dunia usaha/industri dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan; (3) mendorong dunia usaha/indsutri menjalankan SMK; dan (4) mendorong SMK terlibat dalam pelatihan bagi calon tenaga kerja dan teknisi di dunia usaha/industri.Â
PUSTAKA
Brown, L. B. 1998. Applyng Constructivism in Vocational and Career Education. Columbus: ERIC.
Djohar, A. (2007). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press. Hal. 1285-1300.
Djojonegoro, Wardiman.1998. Pengembangan Sumberdaya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamalik, O. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional: Kejuruan, Kewirausahaan dan Manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Helmut Nolker & Eberhard Schoenfeldt. 1983.Pendidikan Kejuruan. Jakarta : PT Gramedia.