Mohon tunggu...
Agus Riyanto
Agus Riyanto Mohon Tunggu... Pembelajar -

berusaha untuk terus belajar dan terus menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Analogi Jatuh Cinta

23 Oktober 2018   07:37 Diperbarui: 23 Oktober 2018   09:09 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Pak, saya mau menulis, tapi bingung darimana memulainya."

Sering kita jumpai kalimat semacam itu bukan?! atau bahkan diri kita sendiri juga yang mengalaminya. Hal seperti itu wajar saja. Ibarat orang jatuh cinta, pasti juga bingung bagaimana mengungkapkannya. Ibarat orang mau memulai, selalu saja dipenuhi rasa kebingungan. Jika orang jatuh cinta, mungkin bisa memulai dengan mencari tahu apa kesukaannya, bisa juga dengan menuliskan puisi, atau mengirimkannya seuntai bunga. Semua itulah yang dinamakan usaha.

Menulis sama halnya dengan jatuh cinta. Jika dianalogikan demikian, maka sebenarnya kita akan mudah untuk memulainya. Analogi jatuh cinta dipilih karena pasti dialami oleh semua orang termasuk penulis, hal ini akan menuntun kita secara alamiah untuk memulai, menulis, dan selesai.

Bagaimana jatuh cinta itu?

1. Merasakan getaran di hati saat berjumpa

Hati kita merupakan perwujudan Tuhan dalam diri manusia. Mulut kita bisa mengelak dengan seribu alasan, tetapi tidak dengan hati. Makanya sering disebut hati nurani karena sifat keTuhanan yang tidak mungkin bisa berbohong atau dibohongi. Saat jatuh cinta, hati kitalah yang berbicara dengan kejujurannya bahwa kita memang sedang jatuh cinta, dan saat bertemu dengan yang kita cintai itulah dia akan bergetar.

Penulis (orang yang menulis) pun sama. Jika bertemu dengan tulisan (karya) pastilah hatinya akan bergetar karena kecintaannya pada dunia menulis. Jika perasaan ini tidak ada, maka sejatinya kita hnya manis dibibir dn tidak setulus hati menjadi penulis. Getaran kecintaan ini akan semakin menguat manakala kita bertemu dengan buku.

2. Mencari tahu tentang diri yang kita cinta

Seseorang yang telah merasakan jatuh cinta dan merasakan getaran cinta, tentu ingin memberikan yang terbik untuk yang dicintainya. Mulailah dia mencari tahu segala hal yang berhubungan dengannya. Apa yang disukai, apa yang dibenci, bagaimana harus bersikap, dan banyak hal lainnya. Proses mencari tahu ini akan menumbuhkan tindakan yang tepat agar cinta yang telah bersemi tidak layu sebelum berkembang dalam satu ikatan.

Sama halnya dengan penulis, setelah merasakan kecintaan pada karya-karya tulisan, maka seharusnya mereka bisa mencari tahu tentang segala hal dari dunia menulis. Apa yang diperlukan, bagaimana cara mendapatkan, dan darimana didapatkan menjdi hal pokok dalam menulis. Setelah mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam menulis, maka penulis harus mempersiapkan diri untuk memulai.

3. Pendekatan

Tindakan dari hasil pencaritahuan tadi kita sebut dengan pendekatan (PDKT). Mulailah kita untuk berusaha menjadi seseorang yang terdekat padanya. Menghadirkan diri dn berusaha untuk memberikan kebahagiaan untuknya. Memilah mana yang diperlukannya, bersikap yang tidak menyinggung perasaannya, dan kalau perlu memberikan waktu 24 jam untuknya. Inilah totalitas dlm PDKT dengan harapan akan mendapatkan simpati dan cintanya.

Penulispun demikian seharusnya, melakukan segala upaya untuk membuktikan kecintaannya dengan memberikan seluruh jiwa dan raganya. Totalitas yang pertama bisa dilakukan oleh penulis justru bukan menulis (karena ini tahap PDKT) tetapi hendaknya penulis itu membaca dan membaca.

Berapa banyak buku yng sudah kita baca? disitulah sebenarnya kit kan mmpu menjawab benar tidaknya kita akan menjadi penulis. Jika kit tidak memiliki totalitas dalam membaca, maka PDKT kita sudah gagal dan jangan harap akan mendpatkn simpati apalagi cintanya. Hadirkan membaca sebagai rasa nyaman dalam diri kita, jangan menjadi paksaan.

4. Ungkap cinta

Seseorang yang sudah melakukan PDKT muaranya adalah mengungkapkan cintanya. Meyakinkan bahwa kita akan dengan penuh tanggung jawab menjadi pendampingnya. Tak ada yang lain. hehehe

Penulis yang sudah melakukan pengkajian dan segala sesuatu tentang menulis juga harus berani mengungkapkan cintanya dengan menulis. Buktikan bahwa kecintaan pada menulis bukan hanya retorika dan niat belaka. Mulailah untuk berani menuangkn ide-ide yang ada. Bingkai ide tersebut dalam kerangka yang runut dan perlu, agar memudahkan kita dalam menjalani hari-hari bersama kesibukan menulis.

Dari analogi ini setidaknya mampu untuk menjawab pertanyaan di awal tulisan ini. Bahwa Menulis itu seperti jatuh cinta, dan memulai itu ada pada tahap akhir setelah rangkaian tahap sebelumnya. Tumbuhkan kecintaan, cari tahu kebutuhan, lakukan pendekatan, dan ungkapkan dalam karya. Segala sesuatu yang diawali dengan kecintaan selalu saja menghasilkan hal yang luar biasa.

Ditulis serupa pada blog gurusiana: http://agusriyanto.gurusiana.id/article/darimana-memulai-391986

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun