Restrukturisasi kelembagaan di Kementerian Agama juga menjadi sorotan. Usulan pembentukan eselon I baru, seperti Direktorat Jenderal Pondok Pesantren dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Keagamaan, tengah digodok dan disiapkan naskah akademiknya untuk meningkatkan efektivitas kerja. Langkah ini melibatkan kolaborasi dengan akademisi dan pemangku kepentingan lainnya.
Romo HR Muhammad Syafi'i turut menyoroti pentingnya riset dalam menjembatani kesenjangan antara pengetahuan agama dan implementasinya di kehidupan sosial. Ia menggarisbawahi perlunya integrasi pendidikan berbasis karakter. "Pendidikan harus mencetak generasi berintegritas yang peduli terhadap sosial dan lingkungan," jelasnya.
Kepala biro di Perguruan Tinggi Islam Negeri juga diharapkan lebih aktif dalam mengatasi tantangan pendidikan Islam. "Mereka harus menjadi penggerak untuk mendukung tercapainya visi pendidikan yang holistik," imbuhnya.
Dengan pendekatan strategis ini, Wamenag optimistis pendidikan Islam mampu menjadi motor penggerak perubahan di Indonesia. "Kolaborasi, inovasi, dan kerja nyata adalah kunci untuk menciptakan pendidikan yang berdaya saing dan berkarakter,"Ungkasnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI