Mohon tunggu...
Lilik Agus Purwanto
Lilik Agus Purwanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

belajar, belajar, mari terus belajar follow twitter: @aguslilikID web: http://aguslilik.info

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golkar Akur

4 November 2015   18:52 Diperbarui: 4 November 2015   19:17 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih melanjutkan kisah pertarungan kubu ARB dan Agung Laksono, perselisihan makin berbuntut panjang. Partai golkar sejatinya memiliki pengalaman yang mumpuni dalam berpolitik, ketika pasca gelaran pemilu dan pilpres biasanya selalu solid dan merapatkan barisan kembali, namun kini berbeda keadaan. Proses pilpres telah usai namun perpecahan di partai ini justru baru dimulai. Golkar yang memang piawai dalam bermain politik dua kaki alias pecah pangung, nampaknya kini serasa tak berdaya untuk dipersatukan kembali dalam sebuah tujuan bersama membangun bangsa. Ambisi kekuasaan masing-masing kubu menarik katub bersebrangan dan semakin menjauh. Ya memang katub ini sangat berpengaruh, karena ada banyak kepentingan berada didalamnya.

Golkar yang sedari awal spesialis berada pada barisan pemerintahan, kini nampaknya telah memilih jalannya sendiri. Golkar lebih nyaman menjadi partai oposisi merapatkan barisan bersama koalisi merah putih (KMP) yang dihuni oleh Gerindra, PKS, PAN. Pilihan pahit bagi golkar ini tidak serta merta membuat politisi golkar menjadi solid, namun sebaliknya justru menjadi terbelah, karena kubu satunya lagi melangengkan tradisi berada didalam pemerintah.

Kisruh Golkar: Antara Manuver dan Pragmatisme Politik Akbar Tanjung

Akbar Tandjung yang juga politisi senior Partai Golkar, nampaknya turut juga mewarnai pertarungan yang terjadi dalam tubuh partai Golkar kali ini. Kisruh dalam tubuh partai golkar saat ini pun tidak terlepas dari racikan politiknya. Susah mendefinisikan percaturan akbar tanjung ini sebagai manuver atau kah pragmatisme politik belaka. Buktinya, ketika golkar menjelang pemilu 2014 lalu, golkar getol menyerang ketua umumnya untuk digulingkan, karena dianggap tidak mampu memenuhi target capaian politik partai Golkar, namun kejadian sebaliknya terjadi ketika munas dibali, justru menyandingkan Akbar Tanjung dengan ARB sebagai duet Ketua Dewan Penasehat dan Ketum. Inilah yang saya sebut sebagai pragmatisme seorang Akbar Tanjung, yang kental dengan naluri politik dalam setiap keputusan yang dia ambil.

Peran yang diambil oleh Akbar Tanjung ketika mendukung munas Bali sejatinya juga bagian dari cara Akbar untuk menunjukkan tajinya, dan akhirnya hal itu pun terbukti, bahwa tanpa “bang” Akbar tidak bisa berbuat apa-apa. Posisi strategis yang dimiliki oleh Akbar Tanjung ini seharusnya mampu diposisikan sebagai seorang yang akan mengagas sebuah rekonsiliasi ditengah perpecahan. Akbar Jangan diposisikan sebagai kubu yang berlawanan, karena seorang politisi kawakan seperti beliau ini memiliki posisi istimewa dalam membawa partai golkar untuk menjadi semakin dewasa dan mapan.

Kisruh Golkar: Menakar Hasil Akhir Perundingan

Terbelahnya kepengurusan partai golkar hingga Desember 2014 juga belum menemui solusi efektif. Dalam memecah kebuntuan antara dua kubu, digelar sebuah perundingan. PG yang memiliki skill politik tingkat tinggi memang dipercaya akan mampu menyelesaikan polemik dualisme kepemimpinannya. Itu terbukti dengan dibentuknya juru runding yang akan menjadi jembatan kedua belah kubu untuk saling menurunkan ego nya untuk sesegera mungkin mencari kemufakatan demi masa depan PG.

Menakar kekuatan masing-masing kubu dalam dinamika untuk memuluskan kepentingannya, nampaknnya akan terjadi tarik menarik yang sama kuatnya. Butir kesepakatan yang masih menjadi ganjalan bagi masing-masing kubu adalah keberadaan Golkar di KMP. Pihak AL yang sedari awal berkepentingan untuk berada dalam pemerintahan Jokowi, nampaknya menemui jalan buntu dalam perundingan ini. Kubu ARB yang memang saat ini menjadi motor KMP dengan segala kepentingan bargaining politiknya, memang susah untuk keluar begitu saja dari KMP, karena disitulah PG memiliki nilai tawar tinggi dihadapan pemerintah.

Praktek politik pecah pangung yang dihadirkan oleh PG memang selalu saja mendulang keuntungan pragmatisme politik. Hal ini memang model permainan khas PG untuk selalu pragmatis dalam berpolitik. Pragmatisme politik yang ditempuh PG ini yang selama ini memposisikan PG selalu menjadi partai yang kuat baik ditingkat pusat maupun daerah.

Babak Baru Kemelut Partai Golkar

Pangung politik memang memiliki drama nya sendiri. Sebagaimana partai golkar yang pada desember 2014 pasca kisruh kubu munas Bali dan Ancol menemui titik tengah dengan kesepakatan adanya perundingan kedua belah kubu, namun ternyata tidak selesai dalam pengkondisian itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun