Dalam sebuah organisasi memang jamak muncul kubu-kubu (kelompok) didalamnya. Kubu ini muncul memiliki berbagai macam tujuan dan model. Terkadang kubu terbentuk atas dasar kesamaan nasib (bawahan/karyawan kontrak), kekerabatan (hubungan keluarga, alumni), kesamaan departemen, dan lain sebagainya. pengkotak-kotakan ini terkadang memang terjalin secara alamiah, namun bisa juga sengaja di organisir oleh berbagai kelompok seperti serikat pekerja. Antara kubu satu dengan kubu yang lain biasanya saling bersaing dan tidak jarang saling menjatuhkan. Bisa jadi menjadi kawan bagi kubu satu dan menjadi hatters bagi kubu yang lain.
Persaingan politik yang terjadi memang tidak selamanya memiliki efek negatif, namun juga memiliki dampak positif. Kinerja yang terus diawasi oleh pihak lain, akan memunculkan transparansi, dan obyetivitas, sehingga akan menghindarkan pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan untuk memelencengkan, atau tindakan penyelewengan seperti halnya korupsi, dan kolusi.
Adanya sebuah sistem kerja dan peraturan, ruang lingkup kerja, dan sistem komunikasi yang dibuat oleh perusahaan adalah sebuah metode dalam mengelola office politics. Bagi Pemimpin perusahaan seharusnya mimiliki kepekaan dalam mengidentifikasi semua potensi-potensi konflik politik yang terjadi didalamnya, dengan demikian akan mampu dikelola menjadi sebuah energi untuk mendongkrak kinerja. Dengan demikian adanya haters harus disadari sebagai sebuah filter, dan tidak hanya diterjemahkan sebagai pesaing, kendati itu adalah gangguan yang harus diminimalisir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H