[caption caption="Revolusi mental (alfiananditya.blogspot.com)"][/caption]
Kita tengah memperingati 70 Tahun kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan yang telah kita capai hingga kini memang patut disyukuri. Dinamika perjalanan bangsa yang mengalami pasang surut menjadikan kita bangsa yang kian hari kian dewasa. Proses pendewasaan yang terjadi memang tidak selalu melewati jalan yang mulus, namun juga tidak jarang kita menemui aral yang tak mudah.
Ditengah peringatan kemerdekaan, kita dihadapkan situasi keprihatinan. Masyarakat yang tengah berbenah diri menuju perubahan harus menelan pil pahit situasi ekonomi yang sulit, daya beli masyarakat turun, Harga bahan bakar naik, PHK terjadi dimana-mana, belum lagi biaya produksi yang semakin mahal.
Pemerintah dibawah kendali Presiden Jokowi sebenarnya memiliki visi perubahan yang baik, dengan jargon “Kerja”. Pemerintah ngebut dalam pembenahan infrastruktur pendukung untuk mengerakkan ekonomi masyarakat. siang malam pemerintah terus mengagas perubahan yang tentunya secara jangka pendek belum memiliki dampak signifikan.
Krisis yang terjadi kali ini memang memiliki nuansa yang berbeda. Pengaruh krisis global yang terjadi di Eropa, Amerika, dan kebijakan Tiongkong yang melakukan penyelamatan ekonomi menjadi faktor pendorong terjadinya krisis ekonomi dalam negeri. Turunnya nilai tukar rupiah, dan anjloknya indeks pasar saham menciptakan kepanikan tersendiri. Sehingga secara otomatis berpengaruh terhadap pola prilaku ekonomi secara mikro masyarakat. Kendati Pemerintah tengah memikirkan kebijakan penanggulangan krisis, namun nampaknya akan sulit, karena pasar terlanjur panik, dan menarik dananya.
Jika situasi krisis ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin dunia usaha akan mulai ketar-ketir dan terancam gulung tikar, serta ancaman PHK akan menjadi taruhan yang serius untuk kita hadapi selanjutnya.
Revolusi Mental
Revolusi mental yang dicanangkan pemerintah, sejatinya adalah sebuah metode perubahan budaya masyarakat. yang kita tahu, untuk merubah budaya tidak cukup waktu 5 tahun untuk merasakan hasilnya. Namun secara pelan-pelan dengan didukung itikad masyarakat terhadap perubahan, juga sistem perubahan yang dibangun oleh pemerintah dan semua elemen masyarakat. dalam rangka Perubahan buaya masyarakat diperlukan sinergi dari sisi kultur pendidikan, ekonomi, politik, sosial, dan pola perilaku masyarakat.
Revolusi mental bukanlah sebuah program yang dengan didanai APBN lantas bisa dilaksakan, namun revolusi mental adalah sebuah metode “hijrah” dari ketergantungan menuju kemandirian, dari sikap korup menjadi integritas, dari malas menjadi giat, dan lain sebagainya. Pada intinya semua itu mengarah kepada sebuah perubahan masa depan yang mampu memposisikan bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya dalam semua hal aspek kehidupan.
Bangsa yang mandiri dan berdiri dikaki sendiri (berdikari), adalah sebuah tujuan penting untuk menciptakan bangsa Indonesia yang sejahtera, masyarakat yang makmur, dan hidup dalam suasana damai. Sesungguhnya, sejak pada masa kerajaan lampau, bangsa Indonesia telah memiliki peradaban yang tinggi. Bukti itu semua adalah kegemilangan yang dicapai oleh kerajaan Sriwijaya dan Majapahit kala itu, sehingga mampu menyatukan Nusantara yang luas dan memiliki posisi maritim yang disegani oleh bangsa lain.
Nusantara yang bergelimang kekayaan telah menjadi sorotan bangsa-bangsa dunia, hingga situasi pahit kita alami selama kurang lebih 300 tahun ketika masa penjajahan kolonial asing. Akibat dari infiltrasi asing selama itu, perubahan budaya bangsa Indonesia yang awalnya tangguh menjadi bangsa yang lemah. Kolonialisme juga menjanjikan hidup yang mapan pada sebagian orang, namun ketersiksaan pada kebanyakan orang. Pelemahan mental bangsa inilah yang kemudian menjadikan bangsa kita menjadi tidak memiliki daya tawar yang baik dimata dunia. Politik pecah belah dan peng-kotak-kotakan elemen masyarakat telah mampu menciptakan keterpisahan masyarakat menjadi beberapa strata sosial. Politik pecah belah menciptakan gesekan antara strata satu dengan strata yang lain, dan tidak jarang saling menginjak.
Pemisahan antara kaum priyayi, kaum intelektual, kaum bangsawan, dan kaum rakyat jelata, adalah fenomena politik budaya yang berhasil dilakukan oleh penjajah yang hingga kini masih belum bisa dihapus dan telah mendarah daging. Kemunduran budaya inilah yang sejatinya ingin dirubah oleh Jokowi lewat revolusi mentalnya, kemudian dibangkitkan dan menjadi bangsa yang modern dan mampu berdiri secara sejajar dengan bangsa lain.
Kemampuan daya saing, dan karakter bangsa yang kuat, akan mampu mendorong bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju. Yang awalnya kita hanya menjadi sasaran pasar global, melalui perubahan mental diharapkan kita menjadi produsen dan mampu mengelola kekayaan sumberdaya alamnya secara mandiri dan tidak tergantung dengan bahan baku atau bahan setengah jadi dari bangsa lain.
Perlu Perhatian Serius
Kembali kepada pembahasan kita diawal. Untuk membawa masyarakat keluar dari situasi krisis yang tengah melanda kita saat ini, perlu komitmen dan perhatian pemerintah secara serius. Proyek-proyek infrastruktur yang tengah dikerjakan oleh pemerintah adalah sebuah proyek jangka panjang yang tidak akan berdampak secara signifikan dalam situasi satu atau dua bulan kedepan. Strategi-strategi penyelamatan ekonomi baik secara mikro dan makro penting untuk segera dilakukan. Langkah awal pemerintah dalam melakukan reshuffle kabinetnya diakui oleh banyak kalangan adalah stategi pemerintah untuk mengatasi krisis. Selain itu pula, pemerintah harus segera membentuk komite penyelamatan krisis. Komite ini bertugas secara marathon untuk mencari solusi dan membuat trobosan kebijakan.
Selain pembenahan dari sektor ekonomi, stabilitas keamanan dan politik penting untuk dijaga saat ini. Karena jika situasi politik dan ekonomi tidak dapat dikendalikan, maka keamanan pun akan menjadi ancaman. Jika tiga sisi tersebut sudah sulit untuk dikendalikan maka bukan tidak mungkin situasi krisis nasional akan benar-benar terjadi.
Kendati krisis ini hanya menimpa sektor financial, dan stabilitas pertumbuhan sebagaimana dikatakan oleh menteri keuangan masih pada situasi aman, namun bukan tidak mungkin akibat dari kepanikan masayrakat akan berlaku kebalikan. Pertumbuhan ekonomi yang saat ini belum terdampak signifikan ini harus dijaga dengan meyakinkan bahwa gejolak ini akan segera diatasi. Jika ketidakpastian dan pesimisme dunia usaha dalam melihat krisis financial terus terjadi maka akan mendorong prilaku dunia usaha berspekulasi melakukan penyelamatan dan membuat kebijakan yang merugikan bagi pertumbuhan ekonomi.
Harga-harga kebutuhan yang saat ini melonjak tajam, kemampuan daya beli masyarakat yang menurun drastis adalah pekerjaan utama pemerintah untuk segera diatasi. Dengan demikian, kekawatiran krisis ini akan meluas pada sektor-sektor yang lain akan bisa diatasi dengan baik. Hal terpenting adalah keseriusan semua elemen termasuk pemerintah dalam menerapkan kebijakan penanggulangan krisis, dunia usaha yang tidak buru-buru berspekulasi, dan kesiapan masyarakat yang tenang dalam menghadapi krisis yang semoga hanya sementara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI