109 (19.82%)
2
2009
14.600.091 (14,03%)
95 (16,96%)
3
2014
23.681.471 (18,95%)
109 (19,46%)
1
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Dari tabel diatas dapat disampaikan bahwa pasca runtuhnya orde baru PDIP mampu meraih posisi yang signifikan dibanding sebelumnya yang didominasi oleh Golkar. Kemenangan PDIP ini tidak serta merta diperoleh dengan mudah. Capaian PDIP pada pemilu 1999 yang sedemikian signifikan disebabkan oleh akumulasi kebencian masyarakat kepada orde baru yang telah lama mencengkeram kebebasan masyarakat dan telah menempatkan PDI pimpinan Megawati kala itu sebagai anak tiri yang terus mendapatkan perlakuan tidak menguntungkan dibanding Golkar.
Pada pemilu-pemilu selanjutnya 2004 dan 2009 menempatkan PDIP bukan lagi menjadi nomor satu, namun telah bergeser pada nomor 2 dan 3. Kenyataan ini terjadi ketika telah banyak partai politik alternatif pilihan masyarakat, yang dianggap mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat, dibanding PDIP sendiri. PDIP kembali menguat dan menduduki peringkat pertama pada pemilu kemarin dengan menempatkan sebagai pemenang pemilu. Beberapa kalangan menyebutkan bahwa kemenangan PDIP sebagian besar disumbang dengan keberadaan Jokowi sebagai kandidat Presiden yang memuncaki berbagai survey yang ada, kendati disandingkan oleh ketum PDIP sekalipun.
Fenomena ini tentunya dapat dibaca, bahwa paradigma berfikir masyarakat tentang PDIP telah bergeser. Yang semula trah Soekarno menjadi icon terpenting dalam kepemimpinan partai untuk mendulang dukungan, bergeser kepada tokoh Alternatif partai yang oleh masyarakat dianggap mampu membawa perubahan. Oleh beberapa kader PDIP saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan sebuah perubahan dan kaderisasi dalam internal partai. situasi ini terbaca ketika adanya indikasi jokowi akan diusung sebagai calon ketua umum alternatif selain megawati telah mencuat. Kepermukaan.
Sebuah kenyataan yang harus disadari, bahwa dalam era modern ini, partai harus mampu melihat peluang dan potensi kadernya untuk membesarkan partai, karena mindset masyarakat memang telah begeser sedemikian rupa. Tradisi yang dikembangkan di Internal PDIP bahwa pemimpin PDIP itu harus trah Soekarno, Nampaknya sudah tidak berlaku lagi dalam pandangan masyarakat, hanya pemimpin yang mampu membawa perubahan dan perbaikan serta mampu menjawab tantangan jamanlah yang layak memimpin sebuah partai.
Dengan demikian jika PDIP merencanakan sebuah masa depan yang cemerlang dan tetap berkeinginan menjadi partai yang besar, harusnya membuka peluang bagi kader-kader yang lain untuk memberikan konstribusinya untuk membesarkan partai.