Dalam rangka mensejahtrakan masyarakat di desa, pemerintah melakukan berbagai cara seperti adanya aliran dana yang masuk ke desa yang cukup lumayan tidak seperti zaman dulu.Â
Pemerintahan desa dalam hal ini harus memutar otak bagaimana cara menyejahterakan ekonomi masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), misal didirikannya Desa Wisata dll.
Tetapi hal ini tidak menjadi jaminan karena luasnya wilayah desa yang terdiri dari beberapa kampung (RT/RW),sehingga banyak praktik-praktik yang terjadi di lapangan karena terimpit ekonomi, misal untuk makan sehari-hari atau biaya anak sekolah yang tidak bisa ditunda.
Hal ini menjadi PR bagi pemerintahan desa yang ada di desa, meskipun bantuan sosial dari pemerintah berupa bahan pokok atau uang tunai terus mengalir yang terkadang sebagian masyarakat tidak mendapatkan bantuan itu, meskipun mereka benar-benar tidak mampu.
Fenomena-fenomena itu sering terjadi bagi masyarakat yang hidupnya pas-pasan, sehingga menimbulkan masalah besar demi mempertahankan hidupnya, dengan berbagai cara seperti meminjam uang dengan bunga tinggi atau mengadu nasib dengan cara lotre sehingga menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat di desa.
1. Meminjam Uang dari Bank Emok
Entah kenapa dinamakan Bank Emok, yang pasti bahasa ini diambil dari bahasa sunda yang berarti duduk secara lesehan atau duduk melipatkan kaki dengan adab perempuan masyarakat Jawa Barat (Sunda).
Bank Emok merupakan bank keliling yang berkeliling di setiap kampung untuk meminjamkan uang yang nasabahnya adalah sekelompok Ibu-ibu yang dipimpin oleh ketua kelompok peminjam, dan menurut sepengetahuan saya  bunga Bank Emok mencekik juga cara penagihannya sedikit memaksa.
Masalah ini menjadi masalah yang masih belum bisa terpecahkan tentang fenomena Bank Emok, meskipun ada sebagian beberapa kampung dengan memasang spanduk menolak adanya bank di kampung tersebut.
Tetapi hal ini tidak bisa memecahkan masalah karena menurut mereka yang terimpit ekonomi, Bank Emok adalah solusi untuk mempertahankan hidup dari pada tidak bisa makan atau membayar biaya sekolah.
2. Kecanduan Judi Online
Berbagai cara untuk mempertahankan hidup ditempuh, seperti halnya yang lagi musim-musimnya main slot dengan bermodalkan Android dan Kuota Internet dan cara pengerjaannya mudah sekali dengan mengadu keberuntungan yang akhirnya kecanduan karena ingin mendapatkan uang secara instan.
Banyak korban judi online yang menghabiskan uang dari jutaan sampai ratusan juta dan tidak sedikit korban main slot dengan berakhir perceraian, bunuh diri, usaha bangkrut, dipecat di tempat pekerjaan, karena praktek seperti  ini di zaman sekarang ini bisa dilakukan oleh elemen masyarakat baik di kota maupun desa.
3. Menjual Hasil Panen dengan Sistem Ijon
sistem Ijon sangat membantu dalam berlangsungnya mengelola pertanian karena mereka merasa dibantu meskipun hasilnya belum dipanen, meskipun cara ini merupakan menjual barang dengan ketidakpastian.
Sistem Ijon telah ada sejak dulu, mungkin tidak akan punah apalagi kesejahtraan para petani belum bisa d ikategorikan sejahtra, karena menurut para petaniSebetulnya para petani yang menjuan ke Ijon sangatlah rugi,karena harga jual hasil panen tidak pasti,bisa saja harga pas panen bisa mahal ataupun murah,yang pasti pengijon lebih untuk dari petani.
sistem ijon,yang pasti hasil panennya akan dibawa oleh si pengijon dan si petani tidak bisa menyimpan hasil panennya sebagian di lumbung.Hal ini sangat merugikan para petani. Karena mereka yang sudah berhubungan dengan Ijon akan seterusnya hasil panennya akan di jual ke pengijon karena sudah terbiasa dan merasa mudah untuk mendapatkan uang,meskipun tanamannya masih hijau.
Kerugian para petani menggunakanMasalah-masalah yang terjadi di desa sehingga menghambat perekonomian masyarakat desa perlu diperhatikan,karena semuannya berawal dari kebutuhan ekonomi,sehingga menempuh jalan yang lebih mudah meskipun menyakitkan.
Kejadian-kejadian yang semacam ini perlu diperhatikan oleh pemerintahan desa bersama masyarakat yang tergolong sangat mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi sehingga merugikan dirinya sendiri demi mempertahankan hidupnya yang masih menjadi masalah besar sampai sekarang.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H