Mohon tunggu...
Agus Kayoman
Agus Kayoman Mohon Tunggu... Guru - Buku Meg dan Biolaku, Kubenci Puisi

Guru yang sesekali menulis cerpen dan puisi\r\ntwitter @aggus8888

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nabi Muhammad dan Crazy Rich

21 September 2020   11:38 Diperbarui: 21 September 2020   11:47 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, banyak yang terkagum-kagum dengan ekspos kisah mengenai tingkah polah orang-orang super duper kaya atau istilahnya crazy rich. Dari Indonesia, ada yang bikin video ekspos outfit mahal dengan tags: checkkk, lalu rame dikomentari: kampungan! Kelakuan crazy rich melayu yang motong-motong tas harga puluhan ribu ringgit gegara merasa direndahkan oleh pegawai toko tempat barang branded itu dijual. 

Kisah-kisah kaum crazy rich ini bahkan jadi lebih 'wah' Ketika diceritakan justru lewat mulut dan ketikan tangan orang yang justru bukan crazy rich. Sampai ada yang becanda, orang miskin justru diperlukan untuk menceritakan betapa luar biasanya tingkah polah orang kaya.

 Lalu apa hubungan kehidupan Nabi Muhammad dengan kisah-kisah crazy rich yang tengah naik daun saat ini? Begini sob, dari tiga kisah kesederhanaan hidup beliau di atas, pertama, Beliau hidup sederhana sebagai pilihan yang kemudian menjadi teladan bagi umat beliau hingga akhir zaman. 

Apakah beliau miskin? Dengan karunia Allah Subhanahu wa ta'ala, beliau dicukupkan. Tafsir surat Ad Dhuha ayat 8, bercerita tentang jaminan Allah  Subhanahu wa ta'ala terhadap kecukupan hidup Baginda Nabi. Beliau dicukupkan dengan sifat qana'ah dan kesabaran. Beliau dicukupkan melalui perniagaan dan kemenangan dalam perjuangan menegakkan agama Islam.

Sekali lagi, apakah Beliau miskin? Kemiskinan dan kekayaan dunia yang sementara ini bagi Beliau ibarat bayang-bayang pohon yang muncul karena terkena sinar Mentari, sesaat dan tak berarti. Ingat, sambutan paman Baginda Nabi, abu Thalib saat acara pinangan Beliau kepada Khadijah RA,

"...Meskipun dilihat dari segi harta Dia tidak berarti apa-apa. Tapi harta hanyalah bayang-bayang yang akan sirna dan hilang."

....Untuk itu, Ia (Muhammad al Amin) memberikan mahar 20 ekor onta yang dipinjam dari hartaku dan akan dikembalikan sebatas kemampuannya, cepat ataupun lambat.."

(WOW! Dua puluh ekor onta. Beberapa orang mencoba mengkalkulasi rupiah dari onta-onta tersebut dan diperoleh harga 1 milyar rupiah! Jomblo jangan pingsan yaa)

Kedua, miskin dan kaya pada dasarnya sama saja dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Dunia sementara, setelahnya yang lebih lama dan abadan abada. Tentu sebagai kendaraan menuju kehidupan akhirat yang sejahtera, menjadi keharusan bagi umat manusia untuk menjadikan dunia ini sebagai kendaraan yang nyaman. 

Santri harus memdapatkan gizi dan pola pengajaran dan pengasuhan terbaik di pondok-pondok mereka. Penghafal Qur'an harus mendiami asrama yang nyaman agar hati lapang menjaga ayat-ayat Al Qur'an. Bahkan, umat seluruh umat Islam jangan sampai diterpa kelaparan karena kemiskinan. Bukankah belum beriman seseorang, jika perutnya kenyang sementara tetangganya kelaparan?

Ketiga, kisah-kisah orang-orang kaya atau crazy rich sesungguh tidak lebih mempesona dari kisah-kisah orang miskin yang sabar dan jujur dalam kemiskinannya. Mengapa kisah crazy rich saat ini seolah lebih mengoda? Hukum pasar, yang sedikit seolah menjadi lebih berharga dari yang banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun