Mohon tunggu...
Agus Jebe
Agus Jebe Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Ketua Fraksi Milenial

Cuma orang yang senang mengamati berita politik. Kebetulan, suka nonton anime juga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Sih Perempuan Nyaman dalam Hubungan Toxic?

27 Juli 2024   22:09 Diperbarui: 27 Juli 2024   22:14 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua,  pengaruh trauma masa lalu tidak bisa diabaikan. Perempuan yang pernah mengalami kekerasan atau pengabaian di masa kecil sering kali memiliki kecenderungan untuk mencari validasi dari pasangan mereka. Mereka mungkin merasa bahwa hubungan toxic tersebut adalah sesuatu yang normal karena itulah yang mereka kenal sejak kecil. 

Albet Bandura dalam teori belajar sosial (social learn theory) menjelaskan bahwa perilaku manusia dipelajari melalui observasi dan imitasi. 

Jika seorang perempuan tumbuh dalam lingkungan di mana kekerasan atau perilaku manipulatif adalah hal yang umum, mereka mungkin menganggapnya sebagai perilaku normal dan sulit mengenali bahwa mereka berada dalam hubungan toxic.

Ketiga, tekanan sosial dan budaya juga berkontribusi. Dalam beberapa budaya, perempuan diajarkan untuk mempertahankan hubungan apapun yang terjadi. Mereka seringkali diberi tahu bahwa perceraian atau perpisahan adalah aib, sehingga mereka merasa terjebak dalam hubungan yang merugikan demi menjaga citra sosial.

Terakhir, manipulasi psikologis dari pasangan juga sangat berpengaruh. Pelaku dalam hubungan toxic sering kali menggunakan teknik manipulasi seperti gaslighting --bentuk manipulasi psikologis yang dilakukan seseorang untuk membuat korbannya meragukan ingatan, persepsi, atau kewarasannya sendiri--- di mana mereka membuat korban meragukan kenyataan dan penilaian mereka sendiri. Ini membuat perempuan merasa bingung dan tidak percaya diri untuk mengambil keputusan keluar dari hubungan tersebut. 

Mengakhiri hubungan, meskipun toxic, berarti memasuki wilayah yang tidak dikenal. Ketakutan akan kesendirian dan ketidakpastian sering kali membuat perempuan bertahan karena mereka merasa lebih aman dalam status quo meskipun itu merugikan mereka.

Dari semua faktor di atas, jelas bahwa bertahan dalam hubungan toxic adalah hasil dari kombinasi kompleks dari pengalaman masa lalu, ketakutan emosional, dan tekanan sosial. Untuk membantu perempuan keluar dari situasi ini, dukungan psikologis yang berkelanjutan dan edukasi tentang hubungan sehat sangat diperlukan. 

Hanya dengan begitu mereka dapat membangun kembali harga diri mereka dan menemukan keberanian untuk mencari kebahagiaan yang sejati di luar hubungan toxic.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun